TIMES JATIM, BANYUWANGI – Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, kembali menegaskan posisinya sebagai sentra produksi cabai terbesar di Indonesia. Klaim ini disampaikan langsung oleh Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Banyuwangi, Nanang Triatmoko, yang menyebut bahwa data lapangan menunjukkan Banyuwangi berada di peringkat teratas produktivitas cabai nasional.
Menurut Nanang, setiap bulan tidak kurang dari 700 hektare lahan cabai besar di Banyuwangi memasuki masa tanam dan panen secara bergiliran. Untuk cabai rawit, luasannya jauh lebih besar, yakni 1.500 hingga 2.000 hektare per bulan. Sementara cabai keriting tetap stabil di angka sekitar 100 hektare.
“Jadi Banyuwangi ini nomor satu di Indonesia,” tegasnya, kepada TIMES Indonesia, Jumat, (12/12/2025).
Nanang menjelaskan kontribusi Banyuwangi mencapai hampir 40 persen dari total produksi cabai Jawa Timur. Jika wilayah-wilayah lain di Jawa Timur memiliki musim tanam tertentu yang saling melengkapi. Namun Banyuwangi justru mampu berproduksi tanpa henti sepanjang tahun karena kondisi iklim dan lahan yang mendukung.
“Meskipun data BPS tidak menunjukkan Banyuwangi sebagai peringkat pertama, bukti nyata di lapangan menunjukkan sebaliknya. Setiap malam, jumlah cabai yang dikirim keluar daerah dari Banyuwangi tidak pernah kurang dari 50 hingga 70 ton,” jelasnya.
Ketua AACI Banyuwangi, Nanang Triatmoko. (Foto: Fazar Dimas/TIMES Indonesia)
Saat panen raya, jumlah pengiriman bahkan melonjak hingga 100 sampai 140 ton per hari. Cabai-cabai tersebut dikirim ke berbagai pasar besar seperti Jabodetabek, Surabaya, Kediri, dan Bali. Khusus untuk Kediri, Nanang menegaskan bahwa harga cabai di wilayah tersebut bergantung pada pasokan Banyuwangi.
“Jika pasokan berhenti satu atau dua hari saja, harga langsung naik drastis,” cetusnya.
Pengiriman ke Jabodetabek pun berlangsung setiap malam dengan rata-rata 10 truk yang masing-masing berkapasitas 5 ton. Artinya, sedikitnya 50 ton cabai Banyuwangi masuk ke kawasan tersebut setiap harinya.
“Cabai yang didistribusikan ke Bali bisa lebih dari 50 unit pickup setiap malam. Setiap kendaraan mengangkut dua hingga empat kuintal cabai, bersamaan dengan komoditas sayuran lain yang juga dipasok dari Banyuwangi,” kata Ketua AACI Banyuwangi, Nanang Triatmoko.
Data dari Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) Banyuwangi memiliki luas lahan Cabai Rawit Merah sebesar 2825 hektar dan Cabai Merah Besar 808 hektar di tahun 2025.
“Luas panen cabai tiap tahun di Banyuwangi terus mengalami peningkatan dari 1.413 hektar di tahun 2023 meningkat jadi 1.685 hektar di tahun 2024,” ujar Plt. Kepala Dispertan Banyuwangi, Ilham Juanda.
Sebagai langkah menjaga stabilitas produksi, Dispertan Banyuwangi terus melakukan pemetaan manajemen budidaya dan penguatan kelompok tani serta asosiasi. Upaya ini diharapkan dapat mencegah terjadinya fluktuasi produksi yang terlalu tajam antara masa panen raya (on season) dan masa paceklik (off season).
Dengan produktivitas yang meroket dan distribusi yang menjangkau berbagai daerah besar di Indonesia, Banyuwangi makin mantap menyandang predikat sebagai lumbung cabai nasional. (*)
| Pewarta | : Syamsul Arifin |
| Editor | : Imadudin Muhammad |