TIMES JATIM, PACITAN – Komitmen SMPN 3 Tegalombo, Kabupaten Pacitan pada kebersihan lingkungan patut diacungi jempol. Itu dibuktikan dengan gerbang keluar tak dibuka sebelum sekolah benar-benar bersih.
Setiap kali bel pulang berbunyi, siswa tidak langsung meninggalkan area sekolah. Pintu utama tetap tertutup sehingga ruang kelas dan lingkungan sekitar dipastikan bebas sampah.
Kebijakan ini bukan sekadar aturan teknis, melainkan bagian dari pembiasaan pendidikan karakter yang diterapkan secara konsisten. Sekolah yang beralamat di Jalan Raya Nanggungan, Desa Tahunan Baru, Kecamatan Tegalombo itu ingin menanamkan disiplin, rasa memiliki, dan kepedulian lingkungan sejak dini.
Kepala SMPN 3 Tegalombo, Bambang Nur Susanto, menegaskan bahwa karakter tidak cukup diajarkan lewat teori di dalam kelas.
“Karakter harus dibiasakan lewat tindakan nyata. Menutup gerbang ini bentuk komitmen bersama. Siswa baru boleh pulang setelah sekolah benar-benar steril dari sampah,” ujar Bambang Nur Susanto, Rabu (31/12/2025).
Siswa kelas IX B SMPN 3 Tegalombo Pacitan menjalankan tugas membersihkan sampah sebelum pulang sekolah (Foto: Jarsena Mulyani for TIMES Indonesia)
Pembiasaan ini dijalankan lintas bidang. Dari sisi kesiswaan, Priyan Alif Prasetyo, S.PdI, menyebut kebijakan tersebut sebagai bagian dari pendidikan adab dan tanggung jawab moral.
“Kami menanamkan bahwa kelas adalah rumah kedua. Meninggalkan sekolah dalam keadaan bersih bukan semata aturan, tapi adab. Kami ingin lulusan SMPN 3 Tegalombo dikenal cerdas sekaligus berkarakter,” kata Priyan.
Sementara itu, Bagian Sarana dan Prasarana, Atam Maghfiri, melihat kebersihan sebagai fondasi kenyamanan belajar.
“Fasilitas yang baik tidak ada artinya tanpa pemeliharaan. Dengan menjaga kebersihan sebelum pulang, siswa belajar merawat aset negara dan menciptakan lingkungan belajar yang nyaman,” ujarnya.
Pantauan di lapangan, kebijakan ini justru memperkuat budaya gotong royong. Siswa bergerak bersama, menyisir kelas dan halaman sebelum gerbang dibuka. Sekolah pun selalu ditinggalkan dalam kondisi rapi setiap sore.
Langkah sederhana ini menjadi bukti bahwa pendidikan karakter bisa dimulai dari hal paling dasar: disiplin, adab, dan kepedulian terhadap lingkungan. Dari situlah kebiasaan baik tumbuh dan mengakar. (*)
| Pewarta | : Yusuf Arifai |
| Editor | : Ronny Wicaksono |