TIMES JATIM, MALANG – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang juga menyebutkan, dimungkinkan sewaktu-waktu terjadi potensi cuaca ekstrem, yang harus diwaspadai.
Pihak Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan masih berpotensi terjadi curah hujan selama beberapa waktu ke depan. Tak terkecuali, di Pulau Jawa, yang mencakup Jawa dan Bali-Nusa Tenggara, seecara umum diprakirakan masih terjadi hujan.
Plt. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Malang, Ichwanul Muslimin menyatakan, potensi munculnya cuaca ekstrem bahkan diperkirakan masih berlanjut sampai Februari 2025 mendatang.
Dikatakan, wilayah abupaten Malang punya beragam potensi cuaca ekstrem, yang juga dipengaruhi karakteristik wilayah geografisnya yakni, berada di wilayah tropis, dekat dengan pegunungan, serta pesisir selatan yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia.
Karena itu pula, mitigasi kebencanaan dan edukasi untuk kewaspadaan harus selalu diberikan dan diperkuat kepada masyarakat.
Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Malang, Zainudin mengungkapkan, beberapa potensi cuaca ekstrem yang kerap terjadi di wilayah Kabupaten Malang sudah dipetakan.
Diantaranya, berupa hujan lebat dan banjir, terutama selama musim hujan (Oktober–Maret), yang sering terjadi akibat pengaruh monsun Asia dan badai tropis di Samudra Hindia.
"Dampak cuaca ekstrem selama musim hujan ini berpotensi banjir di daerah dataran rendah, seperti di wilayah Kecamatan Kepanjen, Dampit, dan Gondanglegi," kata Zainuddin.
"Selain itu, rawan menyebabkan longsor atau tanah bergerak, terutama di wilayah pegunungan seperti kecamatan Pujon dan Ngantang," sambung Zainuddin, kepada TIMES Indonesia, Senin (16/12/2024).
Potensi cuaca ekstrem lain, lanjutnya, angin kencang. Dimana, ini disebabkan transisi musim (pancaroba) yang sering memicu pembentukan awan konvektif, yang menghasilkan angin kencang atau puting beliung.
Cuaca ekstrem yang rawan terjadi di Kabupaten Malang juga berupa gelombang tinggi dan abrasi, yang disebabkan pengaruh badai tropis di Samudra Hindia atau tekanan udara rendah.
Ancaman gelombang tinggi atau abrasi ini bisa terjadi di wilayah pesisir selatan, seperti Pantai Sendangbiru, Sumbermanjing Wetan dan Balekambang, Bantur, Kabupaten Malang.
Potensi lainnya, adalah suhu udara ekstrem (panas atau dingin berlebihan), disebabkan fenomena cuaca global seperti La Niña atau El Niño.
Wilayah pegunungan seperti Bromo atau Arjuno-Welirang juga berpotensi mengalami suhu dingin ekstrem ini. Dampaknya bisa mengganggu sektor pertanian, seperti pembekuan embun yang bisa merusak tanaman.
Terpenting, kata Zainuddin, upaya mitigasi kebencanaan akibat potensi cuaca ekstrem tersebut.(*)
Pewarta | : Khoirul Amin |
Editor | : Imadudin Muhammad |