TIMES JATIM, MALANG – Siapa sangka, sehelai baju bekas bisa menjadi jembatan kebaikan? Komunitas Senyum Anak Nusantara (SAN) chapter Malang membuktikan bahwa empati tak selalu hadir dari sumbangan besar melainkan bisa dimulai dari hal sederhana seperti menjual pakaian layak pakai hasil donasi, lalu mengalirkan hasilnya untuk kegiatan sosial.
Lewat inovasi kreatif pada program Dalbo (Jual Donasi Baju), para fasilitator SAN Malang rutin membuka lapak setiap weekend di dua titik ramai Kota Malang: Comboran pada hari Sabtu dan kawasan Velodrome, Sawojajar setiap hari Minggu.
Seorang fasilitator SAN Malang tampak sigap membantu pembeli mencarikan baju yang sesuai permintaan di lapak Dalbo. (FOTO: Afanin Rushafah/TIMES Indonesia)
Apa yang membuat Dalbo berbeda dari bentuk donasi biasa adalah filosofi di baliknya. SAN Malang memilih untuk tidak sekadar menggalang dana secara langsung, melainkan membangun budaya berusaha dan berproses.
Pemilihan konsep ini menjadikan Dalbo sebagai ruang belajar karakter. Fasilitator bisa belajar berinteraksi dengan orang asing, menyortir barang, ataupun menghadapi penolakan pembeli.
Menariknya, meski terbilang sederhana, kegiatan ini mampu menghasilkan ratusan ribu rupiah per hari bahkan pernah menembus angka satu juta rupiah dalam sehari.
“Itu momen yang bikin bangga. Tahun ini semoga kita bisa lebih dari itu,” ujar Novita Kurnia Rahayu, Koordinator dalbo, Minggu (3/7/2025).
Pembeli antusias memilih pakaian di lapak Dalbo, didampingi fasilitator SAN Malang. Suasana ramai dan hangat sejak pagi hari. (FOTO: Afanin Rushafah/TIMES Indonesia)
Ia menambahkan bahwa hasil seluruh penjualannya dikumpulkan sepenuhnya untuk mendanai kegiatan sosial komunitas, seperti kunjungan ke panti asuhan, bantuan untuk warga di daerah terpencil, hingga penyelenggaraan acara pengabdian masyarakat lainnya.
Namun tantangan tetap ada, seperti ketika menghadapi pembeli yang menawar terlalu rendah atau saat lapak sedang sepi. Di awal-awal, beberapa pembeli sempat mengira hasil penjualan akan digunakan untuk kepentingan pribadi para fasilitator. Tetapi setelah dijelaskan bahwa semua dana akan digunakan untuk kegiatan komunitas, mereka mulai tertarik untuk membeli dan bahkan bertanya lebih jauh tentang kegiatan sosial SAN Malang.
Bagi SAN Malang, Dalbo bukan sekadar kegiatan penggalangan dana, tapi sebuah bentuk ikhtiar untuk membangun kepedulian secara mandiri. Alih-alih meminta donasi secara langsung, mereka memilih untuk “berjualan” karena bagi mereka, kebaikan yang lahir dari usaha memiliki nilai yang jauh lebih dalam.
Salah satu fasilitator SAN Malang, Mei Irma, mengenang momen paling berkesan saat semua fasilitator berkumpul di lapak seperti tertawa bersama, memanggil orang-orang yang lewat agar mampir, dan menikmati suasana ramai.
“Seru banget ketika rame pembeli yang langsung setuju sama harga, kita langsung happy semua dan capeknya jadi ilang,” ungkapnya.
Dalbo telah menjadi kegiatan rutin di setiap periode kepengurusan SAN Malang. Komunitas ini menjalankan empat event besar setiap periodenya, dan seluruhnya dibiayai dari hasil Dalbo serta program kreatif lain seperti SAN Musik sebuah inisiatif penggalangan dana lewat pertunjukan musik di kafe.
Kegiatan Dalbo membuktikan bahwa semangat berbagi bisa dibangun dari hal yang sering dianggap remeh seperti pakaian yang tak lagi dipakai. Di tangan anak-anak muda SAN Malang, baju bekas pun bisa berubah menjadi harapan baru bagi mereka yang membutuhkan. (*)
Pewarta | : TIMES Magang 2025 |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |