TIMES JATIM, JAKARTA – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memproyeksikan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan berada di kisaran Rp16.500 hingga Rp16.900 pada tahun 2026. Angka ini tercantum dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun Anggaran 2026.
Perkiraan ini menunjukkan pelemahan signifikan dibanding asumsi nilai tukar tahun 2025 yang dipatok Rp16.000 per USD.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Febrio Nathan Kacaribu menjelaskan bahwa proyeksi kurs rupiah tahun depan sangat dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi global. Fluktuasi yang tinggi di pasar finansial saat ini menjadi indikasi kuat kondisi tersebut.
"Kita harus membuka ruang untuk ketidakpastian global ini. Oleh karena itu, untuk 2026, kami memberikan rentang yang konservatif," tutur Febrio di Gedung DPR RI Jakarta, Selasa (20/5/2025).
Febrio menambahkan bahwa asumsi makro ini akan terus dibahas antara pemerintah dan DPR RI hingga tercapai kesepakatan menjelang penyusunan RAPBN 2026.
"Ini masih rentang yang cukup besar. Nanti akan kita siapkan secara konservatif dan kredibel," tegasnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani, dalam paparannya mengenai KEM-PPKF 2026, juga menegaskan asumsi rupiah di rentang Rp16.500 hingga Rp16.900 per USD untuk tahun 2026.
Selain itu, dengan mempertimbangkan risiko dan volatilitas tinggi di pasar keuangan global, suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun diprediksi berada di kisaran 6,6% hingga 7,2%. Angka ini didukung oleh spread yang menarik serta kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi dan sektor keuangan Indonesia yang terjaga baik.
"Minat investor terhadap SBN, ditambah investasi asing langsung, serta kinerja ekspor yang terus dijaga kuat, akan menciptakan stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di rentang Rp16.500-Rp16.900," jelas Sri Mulyani. (*)
Pewarta | : Hendarmono Al Sidarto |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |