TIMES JATIM, PACITAN – Bahasa Arab tidak lagi diposisikan sebatas bahasa kitab dan ruang kelas. Di Institut Agama Islam Attarmasi (IAIT) Pacitan, bahasa Arab dihidupkan sebagai bahasa pergaulan, kreativitas, dan peradaban. Itulah yang terasa dalam peringatan Hari Bahasa Arab Sedunia yang dikemas lewat konsep Festival Corner, hangat, cair, dan membumi.
Alih-alih seremonial kaku, kampus berbasis pesantren ini memilih pendekatan yang lebih dekat dengan keseharian sivitas akademika. Auditorium kampus menjadi titik awal peringatan, sebelum denyut kegiatan berlanjut ke IAIT Corner, kafe kampus yang disulap menjadi ruang dialog, ekspresi, dan praktik berbahasa Arab secara langsung.
Mahasiswa, dosen, hingga tenaga kependidikan larut dalam suasana yang inklusif. Percakapan berbahasa Arab mengalir, karya-karya mahasiswa dipamerkan, dan ekspresi seni menjadi jembatan antara bahasa, budaya, dan kehidupan kampus.
Wakil Rektor Pelaksana Harian IAIT Pacitan, Dr. Ali Mufron, menegaskan bahwa bahasa Arab memiliki posisi strategis dalam lanskap global. Menurutnya, bahasa Arab tidak bisa lagi dipahami secara sempit sebagai bahasa ritual keagamaan semata.
“Bahasa Arab adalah bahasa dunia. Ia digunakan secara resmi di Perserikatan Bangsa-Bangsa dan UNESCO. Itu menandakan bahwa bahasa Arab adalah bahasa diplomasi dan hubungan internasional,” ujarnya.
Ia menyebut, penguasaan bahasa Arab membuka pintu peluang yang luas—baik di ranah akademik maupun profesional. Tidak hanya di kawasan Timur Tengah, tetapi juga di Afrika dan berbagai lembaga internasional.
“Bahasa Arab membuka akses beasiswa, peluang kerja di perusahaan multinasional, serta jejaring global. Kalau ingin memperluas pengaruh dan kesempatan, bahasa asing adalah kuncinya,” katanya.
Ali Mufron juga mengingatkan bahwa tradisi keilmuan bahasa Arab sesungguhnya telah lama tumbuh subur di lingkungan pesantren, termasuk di Pacitan. Ia menyinggung jejak ulama-ulama besar Nusantara yang kiprahnya diakui dunia.
“Kita punya teladan nyata. Ulama seperti Mbah Abdul Mannan, Syekh Mahfudz, hingga Syekh Dimyathi adalah ahli bahasa Arab. Karya-karya mereka dibaca dan dikaji hingga tingkat internasional. Dari bahasa Arab, lahir kontribusi besar bagi peradaban,” paparnya.
Dalam konteks pembelajaran, ia menekankan satu kata kunci mumarisah, praktik yang terus-menerus. Menurutnya, bahasa tidak akan hidup jika hanya berhenti pada teori.
“Bahasa itu soal kebiasaan. Tanpa praktik, sulit dikuasai. Jangan takut salah, jangan malu belajar. Gunakan teknologi sebagai mitra untuk memperkuat kemampuan bahasa,” pesannya.
Lebih jauh, Ali Mufron menempatkan peringatan Hari Bahasa Arab Sedunia sebagai momentum refleksi filosofis. Bahasa Arab, katanya, adalah bahasa Al-Qur’an, bahasa ilmu, sekaligus pilar penting dalam sejarah peradaban manusia.
“Melalui bahasa Arab kita memahami agama, merawat warisan keilmuan, dan ikut membangun masa depan kemanusiaan,” ucapnya.
Apresiasi pun ia sampaikan kepada Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) yang menjadi motor utama kegiatan. Ia berharap semangat inovatif ini menular ke program studi lain di lingkungan IAIT Pacitan.
“Prodi PBA memberi contoh bahwa kegiatan akademik bisa dikemas kreatif dan berdampak. Harapannya, ini menjadi inspirasi bagi prodi lain,” tandasnya.
Sementara itu, Ketua Prodi PBA IAIT Pacitan, Hadi Solihin, menjelaskan bahwa konsep Festival Corner dirancang untuk mempertegas bahasa Arab adalah bahasa yang hidup dan relevan dengan zaman.
“Kami ingin menunjukkan bahwa bahasa Arab bukan bahasa masa lalu. Ia adalah bahasa peradaban, bahasa ilmu pengetahuan, dan bahasa komunikasi global,” ujarnya.
Pendekatan festival, kata Hadi, dipilih agar mahasiswa tidak hanya memahami bahasa Arab di atas kertas, tetapi merasakannya sebagai alat komunikasi nyata dalam kehidupan sehari-hari.
“Setelah acara formal, kami pindahkan suasana ke IAIT Corner. Di sana, mahasiswa dan dosen bisa bercakap, berdiskusi, dan menikmati kreativitas dalam suasana santai,” jelasnya.
Beragam aktivitas ditampilkan, mulai dari dialog interaktif, presentasi karya mahasiswa, hingga ekspresi seni yang memadukan bahasa dan budaya. Model ini dinilai efektif menumbuhkan keberanian berbahasa sekaligus memperkuat atmosfer akademik yang humanis.
Melalui Festival Corner, IAIT Pacitan siap membangun tradisi keilmuan yang adaptif dan berorientasi global. Bahasa Arab tidak hanya ditempatkan sebagai mata kuliah, melainkan sebagai instrumen pembentuk karakter, jejaring internasional, dan masa depan generasi muda. (*)
| Pewarta | : Yusuf Arifai |
| Editor | : Faizal R Arief |