TIMES JATIM, SURABAYA – Ketua Komisi E DPRD Jawa Timur, Sri Untari Bisowarno menegaskan bahwa tantangan perlindungan perempuan dan anak di Jatim kini bergeser ke ranah digital.
Dalam sebuah diskusi podcast Ngopeni Rakyat TIMES Indonesia Sri Untara mengungkapkan data mencengangkan bahwa kasus kekerasan terbanyak justru berasal dari lingkungan keluarga, didukung fakta tingginya dampak buruk media sosial pada kesehatan mental remaja.
Sri Untari menyoroti dua tantangan terbesar hari ini: dampak dunia cyber dan fakta bahwa keluarga kini menjadi sumber ancaman terbesar.
“Di rumah sakit jiwa Menur ada 55 ribu anak SMA stres kebanyakan dari media sosial, kebanyakan karena gadget. Keluarga itu sesungguhnya haruslah menjadi tempat yang paling aman bagi anak-anak. Tapi hari ini terbanyak kasus-kasus itu dari keluarga," ungkap Sri Untari, merujuk pada temuan kasus KDRT.
Komisi E baru saja menyelesaikan Peraturan Daerah (Perda) Perlindungan Perempuan dan Anak, yang merupakan perubahan dari Perda Nomor 16 Tahun 2012 yang sudah tidak update dan kini mencakup kejahatan yang bersifat online.
Sebagai terobosan, Sri Untari menjamin bahwa korban tidak perlu lagi terbebani oleh biaya penanganan kasus:
“Biaya untuk visum dan perlindungan hukum untuk kasus-kasus seperti ini dibiayai APBD juga," jelasnya.
Sri Untari mengimbau seluruh masyarakat untuk berani melaporkan segala bentuk kekerasan, karena masa depan korban dijamin oleh regulasi yang baru disahkan tersebut. (*)
| Pewarta | : Zisti Shinta Maharani |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |