TIMES JATIM, MALANG – Jika kalian datang ke Kota Malang, tepat berada di depan Stasiun Kota Baru Malang, terdapat patung raksasa dengan posisi tergeletak yang dikelilingi serta diinjak oleh sejumlah orang.
Patung-patung tersebut, diketahui bernama Monumen Juang 45. Bukan tanpa arti, monumen tersebut adalah simbol perjuangan kemerdekaan rakyat Indonesia saat melawan para penjajah.
Pemerhati sejarah dan budaya Kota Malang, Agung Buana menjelaskan, patung raksasa yang tergeletak tersebut diartikan atau dilambangkan sebagai penjajah yang kala itu menjajah Indonesia.
"Ada yang bilang itu Buto ada yang bilang raksasa. Itu melambangkan penjajah yang kalah oleh kita rakyat Indonesia," ujar Agung, Selasa (8/11/2022).
Kenapa ada yang menyebut Buto, kata Agung, karena peradaban Jawa sering menggambarkan bahwa Buto adalah sosok penindas bahkan sampai memakan penduduk pribumi.
"Maknanya ya perlawanan dan keberanian dari kita. Kan Buto itu penindas kata orang Jawa," katanya.
Kemudian, adapun sejumlah patung-patung kecil yang mengelilingi raksasa tersebut. Mereka dilambangkan sebagai rakyat Indonesia yang berjuang mengalahkan penjajah hingga akhirnya berhasil mengalahkan.
Seperti halnya, patung orang kecil yang menunjuk ke atas, dimaknakan sebagai kegagahan untuk mengalahkan penjajah.
Adapun patung yang menggambarkan mayat yang digotong oleh sejumlah rakyat lainnya. Hal ini menunjukkan bagaimana rakyat Indonesia rela kehilangan nyawa untuk merebut kemerdekaan bangsa dan negara.
"Itu bagian dari perjuangan bahwa kita tidak selalu menghadapi kemenangan atau kekalahan. Mereka menunjukkan bagaimana pengorbanan baik harta maupun nyawa untuk melawan penjajah," ungkapnya.
Patung-patung kecil yang menggambarkan sebagai rakyat Indonesia itu berbagai macam disimbolkan. Ini, kata Agung, bermakna sebagai persatuan untuk melawan penjajah.
"Ada ornamen gerobak itu simbol penderitaan rakyat. Di sisi utaranya ada orang tertembak, terluka, itu bagian perjuangan. Rakyat punya kekuatan kalau bersatu," bebernya.
Diketahui, monumen juang 45 ini dibangun oleh Pemerintah Kota Malang sekitar tahun 1970an silam. Monumen itu merupakan visualisasi peristiwa perjuangan sejak 1945 hingga 1949 silam.
"Kan di tahun segitu (1945-1949) banyak peristiwa di Malang, karena agresi militer pertama sampai kedua," imbuhnya.
Ada sejumlah peristiwa di tahun 1945 sampai 1949 atau pasca kemerdekaan. Salah satunya yang paling ikonik dan paling heroik adalah peristiwa Malang Bumi Hangus di tahun 1947 silam.
"Paling heroik itu saat Malang Bumi Hangus pada 1947. Lalu ada peristiwa Pahlawan Trip juga. Itu yang menjadi inspirasi (pembangunan monumen juang 45)," ujarnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Menilik Patung Raksasa Tergeletak di Monumen Juang 45 Kota Malang
Pewarta | : Rizky Kurniawan Pratama |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |