TIMES JATIM – Universitas Negeri Malang (UM) merresmikan Hotel Bachtiar atau Wisma Prof. H.S. Adam Bachtiar yang berlokasi di Jalan T.G.P. No. 7, Kota Malang, Selasa (30/12/2025). Peresmian ini menjadi langkah strategis UM dalam mengoptimalkan aset kampus guna mendukung kemandirian finansial sebagai Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH).
Rektor UM Prof. Hariyono mengatakan, status PTNBH menuntut perguruan tinggi untuk lebih mandiri secara finansial tanpa membebani mahasiswa maupun orang tua.
“Ketika kita menjadi PTNBH, ada tuntutan untuk kemandirian di dalam finansial, yaitu memanfaatkan semua aset yang dimiliki agar biaya operasional kampus tidak semuanya dibebankan kepada orang tua atau mahasiswa,” ujarnya.
Menurut Prof. Hariyono, tantangan tersebut tidaklah ringan. Di satu sisi, UM harus menjaga agar Uang Kuliah Tunggal (UKT) tidak naik, sementara di sisi lain kebutuhan pembiayaan untuk peningkatan kualitas pembelajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat terus meningkat.
“UKT tidak boleh dinaikkan, tetapi kebutuhan untuk meningkatkan pembelajaran, penelitian, hingga pengabdian masyarakat, termasuk tuntutan agar PTNBH punya peran besar di pemeringkatan internasional, itu tidak mudah dan tidak murah. Dibutuhkan anggaran yang cukup signifikan,” katanya.
Oleh karena itu, lanjutnya, aset milik perguruan tinggi tidak boleh dibiarkan pasif, melainkan harus dimanfaatkan secara produktif.
“Aset-aset yang dimiliki perguruan tinggi berbadan hukum, termasuk UM, itu tidak boleh tidur, tetapi harus dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, pengabdian, hingga income generating,” tegasnya.
Terkait konsep pembangunan Hotel Bachtiar, Prof. Hariyono menjelaskan bahwa gedung tersebut berada di kawasan bangunan lama yang masuk kategori cagar budaya. Karena itu, proses pembangunan dilakukan dengan pendekatan konservatif.
“Gedung lama tidak dilakukan renovasi yang signifikan, hanya pemolesan saja. Sementara pengembangan dilakukan di area luar gedung lama yang diperbolehkan,” jelasnya.
Ia menambahkan, konsep tersebut merupakan upaya memadukan nilai historis dengan sentuhan modern tanpa memutus kesinambungan antara masa lalu dan masa kini.
“Ini mencoba memadukan nilai-nilai lama yang kita modernkan dengan nilai-nilai baru. Ada kontinuitas, bukan diskontinuitas antara yang lama dan yang baru,” ujarnya.
Terkait potensi pendapatan dari pengelolaan Hotel Bachtiar, Prof. Hariyono menyebut bahwa UM tidak semata-mata mengejar keuntungan jangka pendek. Prioritas utama adalah efisiensi penggunaan anggaran internal.
“Yang paling kita prioritaskan nanti adalah bagaimana kegiatan-kegiatan UM yang selama ini menggunakan fasilitas hotel lain bisa kita bawa ke sini. Sehingga uang yang ada bisa lebih hemat,” katanya.
Menurutnya, tuntutan pembiayaan pada PTNBH, khususnya untuk pembelajaran dan penelitian, sangat besar. Oleh sebab itu, optimalisasi aset seperti Hotel Bachtiar diharapkan dapat membantu menopang keuangan institusi.
“Para pimpinan PTNBH dituntut untuk memanfaatkan aset yang ada agar bisa membantu keuangan lembaga yang bersangkutan,” pungkas Prof. Hariyono.(*)
| Pewarta | : Achmad Fikyansyah |
| Editor | : Ferry Agusta Satrio |