TIMES JATIM, JAKARTA – Demokrasi seharusnya menjadi alat bagi rakyat untuk mengekspresikan kehendak dan aspirasi mereka. Namun, sering kali kita menyaksikan bahwa praktik demokrasi tidak sepenuhnya mencerminkan suara rakyat. 

Lingkaran demokrasi yang ideal harus mampu menciptakan ruang bagi partisipasi aktif masyarakat dalam proses politik, bukan sekadar memberikan hak suara dalam pemilihan umum.

Pertama, penting untuk menekankan bahwa demokrasi yang sehat membutuhkan edukasi politik yang memadai. Masyarakat yang teredukasi dengan baik akan lebih mampu memahami isu-isu politik dan dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari. 

Oleh karena itu, program pendidikan yang fokus pada literasi politik harus menjadi prioritas. Tanpa pemahaman yang jelas, rakyat cenderung menjadi pasif, hanya mengikuti arus tanpa kritis.

Kedua, partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan harus diperkuat. Ini bisa dilakukan melalui forum-forum diskusi publik, musyawarah desa, atau platform digital yang memungkinkan rakyat untuk memberikan masukan langsung. 

Ketika masyarakat merasa didengarkan, kepercayaan mereka terhadap sistem demokrasi akan meningkat, dan mereka akan lebih termotivasi untuk terlibat.

Selanjutnya, transparansi dalam pemerintahan juga merupakan kunci. Rakyat berhak mengetahui bagaimana kebijakan dibuat dan diimplementasikan. 

Jika proses tersebut tertutup, akan muncul skeptisisme yang dapat merusak kepercayaan publik. Dengan transparansi, masyarakat dapat mengawasi dan mengontrol jalannya pemerintahan.

Akhirnya, perlu ada keberanian dari para pemimpin untuk mendengarkan suara rakyat, bahkan ketika suara tersebut tidak sejalan dengan kepentingan mereka. Pemimpin yang responsif dan akuntabel akan menciptakan lingkungan di mana demokrasi dapat berkembang dengan baik.

Lingkar demokrasi politik rakyat harus mencakup partisipasi aktif, edukasi yang memadai, transparansi, dan keberanian pemimpin. Hanya dengan cara ini, kita dapat mewujudkan demokrasi yang benar-benar melayani kepentingan rakyat dan mendorong pembangunan sosial yang berkelanjutan.

***

*) Oleh : Abdullah Fakih Hilmi AH, S.AP., Akademisi dan Wirausahawan.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.