TIMES JATIM, SURABAYA – Budayawan sekaligus aktivis pluralis, Reno Halsamer, mencoba membangun kembali nilai-nilai positive character yang terlupakan lewat film kartun animasi tiga dimensi berjudul Minilemon.
Harapan besar itu ia sampaikan saat menjadi pembicara dalam sesi inspiratif IdeaTalks IdeaFest Surabaya 2025 di Grand City Mall & Convex, Jumat (1/8/2025).
Selain melahirkan pahlawan baru bagi anak-anak Indonesia, Minilemon juga membawa nilai-nilai positive character tanpa mengesampingkan sisi hiburan, kualitas teknis dan seni visual sekelas Pixar yang pastinya akan mendobrak dunia imajinasi digital.
Positive character yang dimaksud begitu sederhana, namun penuh makna dan begitu berharga. Antara lain seperti budaya mencium tangan orang tua saat berangkat sekolah, menyapa tetangga di jalan dan saling membantu antar teman maupun keluarga sebagai bentuk sikap toleransi.
Karakter-karakter itu telah menjadi bagian luhur budaya bangsa, yang sayangnya kini mulai terlupakan karena tergerus modernisasi zaman. Ketika berbagai macam tontonan berseliweran di layar kaca maupun media sosial tanpa menyertakan nilai-nilai moral, saat itulah bangsa kita perlahan terjajah.
Adab tak lagi menjadi pegangan generasi muda. Reno lantas menampung setiap keresahan orang tua dan masyarakat pada umumnya.
Minilemon hadir membawa angin segar penuh harapan. Setiap scene adalah hasil riset mendalam dengan melibatkan tim psikolog, bagaimana sebuah cerita pada akhirnya mampu menarik dan memberikan brain storming positif bagi anak-anak sejak usia dini. Sebab anak-anak dapat dilatih melalui visual terutama gambar bergerak. Apa yang mereka lihat, akan mereka tiru. Kata Reno, rumusnya 40 persen narasi, 40 persen teknologi dan 20 persen desain.
Tidak hanya fokus pada teknis. Dalam pembuatan setiap karakter Minilemon, Reno terus melakukan riset selama dua tahun bersama animator.
"Membuat story telling bermuatan positive character bagi anak-anak dalam sebuah narasi film animasi tentu penuh tantangan. Maka dari itu kami melibatkan psikolog dari perguruan tinggi," kata Reno Halsamer, Founder D'Topeng Kingdom Foundation yang juga merupakan Founder Minilemon dalam sesi inspiratif di IdeaFest Surabaya 2025.
Minilemon family, Reno Halsamer bersama keluarga dan kolega saat menghadiri IdeaFest Surabaya di Grand City Convex, Jumat (1/8/2025). (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Ia mempertahankan gagasan menggunakan topeng koleksi miliknya sebagai wajah asli yang mampu merepresentasikan setiap keunikan suku budaya bangsa yang beragam dan begitu indah. Kendati untuk mewujudkan hal itu bukanlah sesuatu yang mudah.
"Karakter Minilemon berasal dari topeng koleksi, mirip persis tanpa perubahan. Ini harus saya pertahankan," ujar pegiat museum tersebut.
Meskipun sempat mengalami kendala pada awal pembuatan hingga terpaksa bongkar pasang animator dan berhenti sejenak, Minilemon kembali menemukan jalannya pada tahun 2019.
"Tahun itu saya ketemu ilustrator, bukan animator. Dia mengerjakan beberapa project di Amerika, dan di tangannya semua konsep yang saya impikan selesai dalam dua minggu," kata Reno.
Setelah itu ia melanjutkan pada pembuatan kostum yang memerlukan riset hingga tujuh bulan lamanya.
"Colornya harus color anak, bentuknya harus unik dan gampang diingat anak," ungkap Reno.
Sebagai aktivis pluralis bersama almarhum Gus Dur (Abdurrahman Wahid), Reno Halsamer sudah makan asam garam menghadapi aduan peristiwa komflik intoleran di berbagai daerah. Mulai Poso hingga ke Sambas. Ada keprihatinan mendalam, saat melihat konflik intoleran memakan korban. Menatap mata keluarga yang kehilangan.
"Negara kita ini masih gampang disulut dengan konflik agama dan ras. Pengalaman itu kemudian menginspirasi saya ketika saya sudah menemukan bentuk karakter Minilemon. Kita harus menampilkan cerita yang bisa membungkus ini dengan kebhinekaan," paparnya di hadapan peserta sesi inspiratif.
Reno lalu memutuskan kelahiran enam karakter wajah Minilemon sebagai simbol sahabat sepermainan, menggabungkan topeng sebagai artefak memori kolektif peradaban luhur bangsa dan buah lemon.
"Saya sudah 30 tahun mengoleksi topeng Nusantara, yang paling muda umur 70 tahun dan yang paling tua umur 1200 tahun. Itu semua ditemukan di Indonesia," katanya.
Setiap karakter topeng yang ditampilkan dalam Minilemon mewakili wajah dari berbagai daerah. Seperti Wayan digambarkan sebagai karakter Bali. Ucup karakter Sunda, Togar karakter Batak, Slamet karakter Muslim Jawa, Minggus karakter Papua, dan Memey karakter Tionghoa.
Minilemon menarasikan nilai-nilai toleransi, gotong royong dan menghormati orang tua serta menjaga lingkungan. Minilemon juga akan merilis movie pertamanya dengan sentuhan sinematografi kelas dunia.
Film ini mendapat sentuhan tangan dingin Heriyadi Natawijaya, Co Founder Minilemon Indonesia sekaligus sang sutradara.
Dari balik studio, dia memimpin animator-animator muda bertalenta. Hebatnya lagi, film yang akan dirilis pada tahun depan tersebut, melibatkan siswa sekolah menengah kejuruan.
Reno juga tengah melatih sumber daya melalui inkubator. Ada psikolog, ada akademisi, pelajar dan juga santri.
"Minilemon tengah melatih 52 inkubator termasuk anak-anak SMK di pondok pesantren tentang konten kehidupan santri. Kami sedang melatih inkubator kami secara script dengan para ahli bagaimana membuat hiburan ini bernilai positif," paparnya.
Dengan mengusung misi besar melestarikan budaya dan menanamkan positive character bagi anak-anak Indonesia, Reno merasa tidak cukup jika sekadar dibawakan melalui Minilemon Movie semata.
Oleh karena itu, ia juga menghadirkan Minilemon Universe yang berfokus pada pengembangan IP Licensed sebagai business development Minilemon, seperti product retail, branding development, campaign corporate dan business development lainnya.
Minilemon Universe diharapkan dapat menyebarkan nilai kebaikannya dengan maksimal dan menjadi ikon good character anak-anak Indonesia. Minilemon Universe bukan hanya brand, tetapi juga sebuah kapal besar simbol kemajuan dalam aset IP di Indonesia. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: 'Bapak Minilemon' Reno Halsamer Tampil di Sesi Inspiratif IdeaFest Surabaya
Pewarta | : Lely Yuana |
Editor | : Deasy Mayasari |