TIMES JATIM, SEMARANG – Wakil Ketua Komisi Kerukunan Antarumat Beragama MUI Pusat, DR KH Nasrulloh Afandi, Lc, MA atau yang akrab disapa Gus Nasrul, menyampaikan peringatan keras tentang kondisi moral bangsa saat ini. Dalam khutbah Jumat yang berlangsung di Masjid Ulul Albab Universitas Negeri Semarang (UNNES) pada Jumat (2/5/2025).
Gus Nasrul menegaskan bahwa Indonesia sedang mengalami darurat rasa malu.
"Rasa malu adalah bagian dari iman. Tapi hari ini, banyak manusia yang kehilangan rasa malu dan nurani kemanusiaannya," tegasnya di hadapan ribuan jamaah, yang terdiri dari mahasiswa dan masyarakat umum.
Dengan tema Reorientasi Sifat Malu di Ruang Publik Perspektif Islam, Gus Nasrul menyoroti berbagai fenomena sosial yang menunjukkan lunturnya nilai malu di masyarakat. Ia menyebutkan, dalam literatur akhlak dan tasawuf, rasa malu adalah fondasi kehormatan dan martabat seseorang. Bahkan menurut tokoh besar maqashid syariah, Imam Thahir ibn 'Ashur, rasa malu adalah fitrah manusia. Bila rasa malu hilang, maka manusia tidak ubahnya seperti binatang.
“Kita lihat sendiri, anak-anak muda berpacaran, jalan berduaan bukan suami istri, tanpa malu bahkan memamerkan kemaksiatannya di media sosial,” ungkapnya.
Tak hanya itu, Gus Nasrul juga menyoroti perilaku para koruptor yang justru tersenyum dan melambaikan tangan saat ditangkap, seolah sedang berada di atas panggung kehormatan.
“Sudah mencuri uang rakyat, masih juga tersenyum seperti artis naik daun. Di mana rasa malunya?” tanya Ketua Pusat Persatuan Guru NU itu.
Ia juga menyinggung fenomena pertengkaran rumah tangga artis yang diumbar di media sosial, serta pakaian minim perempuan di ruang publik yang menurutnya bertentangan dengan norma agama dan budaya.
“Di media sosial, sesama Muslim saling hujat dan merasa bangga dengan itu. Ini jelas bentuk kemunduran moral,” tambah Gus Nasrul yang juga Dewan Pengasuh Pesantren Balekambang, Jepara, Jawa Tengah.
Menurutnya, semua umat beragama, khususnya umat Islam, wajib mereorientasi diri dan menghidupkan kembali rasa malu. Malu ketika bermaksiat, malu melanggar konstitusi, dan malu mempermalukan diri sendiri di ruang publik maupun media sosial.
“Ingat, Rasulullah SAW bersabda: ‘Jika kamu tidak punya rasa malu, maka berbuatlah sesukamu.’ (HR Bukhari). Hadits ini bukan anjuran, tapi peringatan,” tandasnya.
Gus Nasrul juga menyoroti fenomena orang-orang yang tidak belajar agama secara mendalam, namun dengan mudah mengklaim diri sebagai ustaz atau kiai tanpa rasa malu.
“Banyak yang tak pernah belajar agama secara serius, tapi berani mengaku sebagai ahli agama. Ini pola pikir terbalik yang harus diluruskan,” ungkapnya.
Menutup khutbah, Gus Nasrul mengajak jemaah untuk meneladani Rasulullah SAW, yang dikenal sebagai pribadi paling pemalu. Dalam hadits riwayat Imam Bukhari disebutkan, "Rasulullah lebih pemalu daripada seorang gadis perawan dalam pingitannya."
“Beliau pemimpin tertinggi umat, tapi tetap menjunjung tinggi rasa malu. Tidak seperti pejabat masa kini yang tersenyum saat digelandang KPK,” sindir Gus Nasrul.
Sebagai informasi tambahan, Gus Nasrul merupakan doktor bidang Maqashid Syariah lulusan Universitas Al-Qarawiyyin Maroko dengan predikat Summa Cum Laude. Ia juga dikenal aktif memberikan ceramah agama di berbagai provinsi di Indonesia serta menjadi salah satu pakar maqashid syariah yang dihormati di Tanah Air. (*)
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Faizal R Arief |