https://jatim.times.co.id/
Berita

Tragedi Remaja di Lamongan, Legislator dan Akademisi Serukan Aksi Nyata Perlindungan Anak

Senin, 02 Juni 2025 - 18:18
Tragedi Remaja di Lamongan, Legislator dan Akademisi Serukan Aksi Nyata Perlindungan Anak Kapolres Lamongan, AKBP Agus Dwi Suryanto, dalam press release resminya mengungkap kronologi pembacokan tragis terhadap anak di wilayah Kecamatan Babat, Senin (2/6/2025). (Foto: Moch. Nuril Huda/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, LAMONGAN – Tragedi memilukan menimpa seorang remaja berinisial MNFDB, warga Kecamatan Kedungpring, yang meregang nyawa usai dibacok di pertigaan Desa Gembong, Kecamatan Babat, Lamongan, Sabtu (31/5/2025) dini hari. Peristiwa ini mengguncang publik dan menyulut respons serius dari legislatif, akademisi, hingga aparat keamanan.

Anggota Komisi D DPRD Lamongan, Erna Sujarwati, secara tegas mendorong Pemerintah Kabupaten Lamongan melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) untuk tidak tinggal diam. 

Menurutnya, kejadian ini harus menjadi refleksi kolektif agar Kabupaten Layak Anak bukan hanya sekadar slogan.

"Kalau memang harus diberlakukan jam malam bagi anak-anak, ya lakukan yang terbaik. Ini bukan semata soal pembatasan, tapi soal perlindungan," ujar Erna, Senin (2/6/2025). 

Pentingnya Perda Jam Malam dan Keteladanan Keluarga

Erna juga menyebut pentingnya penguatan sistem parenting di lingkungan keluarga. Pola asuh yang baik, lanjut dia, menjadi pondasi tumbuh kembang anak secara emosional, sosial, dan mental. 

Bahkan ia mengusulkan lahirnya Perda atau Perbup Lamongan khusus jam malam bagi anak-anak. "Ini soal komitmen kita bersama. Lamongan punya predikat Kabupaten Layak Anak. Jangan sampai anak-anak justru terjebak dalam ruang-ruang berbahaya di malam hari," katanya.

Sekolah, TNI-Polri dan 0 Persen Kekerasan

Lebih jauh, Erna mendorong sekolah sebagai zona aman dan nyaman bagi anak. Kolaborasi lintas sektor dengan POLRI dan TNI, menurutnya, harus diperkuat demi mewujudkan target 0 persen kekerasan terhadap anak. 

"Kalau pun kekerasan terjadi, penegakan hukum harus berjalan tanpa kompromi. Ini pesan kuat agar pelaku jera," ucap Erna. 

Kekerasan karena Fanatisme Buta? Ini Kata Akademisi

Dekan Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan (Unisla), Ayu Dian Ningtias, memandang kejadian tersebut dari perspektif konflik antar kelompok. 

Ia menilai, konflik semacam ini kerap berakar pada pemahaman simbolik yang salah kaprah, seperti fanatisme terhadap perguruan tertentu atau simbol baju seragam.

“Manajemen konflik adalah kunci. Pemahaman simbol persaudaraan perlu ditanamkan. Jangan sampai solidaritas kelompok malah memicu deglorifikasi yang berujung pada kekerasan,” tutur Ayu. 

Ayu menyarankan adanya forum antar pimpinan organisasi untuk membentuk mindset damai dan toleran dalam berkelompok.

"Penting sekali ditekankan bahwa pemimpin organisasi harus menjadi simbol persatuan, bukan permusuhan," ujarnya. 

Rilis Resmi Polres Lamongan: Dua Pelaku Diamankan

Kapolres Lamongan, AKBP Agus Dwi Suryanto, dalam press release resminya mengungkap kronologi pembacokan tragis tersebut. Korban dibacok sebanyak dua kali oleh RW, warga Kecamatan Sekaran, menggunakan celurit milik DPP, yang berperan sebagai joki.

"Kejadiannya sekitar pukul 01.30 WIB. Korban sempat berlari ke arah Pasar Gembong sebelum akhirnya terkapar dan meninggal dunia di RSUD Karangkembang,” jelas AKBP Agus.

Polisi mengamankan sejumlah barang bukti, termasuk celurit, dua unit motor, serta kaos milik korban dan pelaku. Para pelaku kini dijerat Pasal 80 ayat (3) UU No 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dan Pasal 170 ayat (2) ke-3 KUHP.

Kapolres juga mengimbau agar semua pihak berhenti menjadikan perbedaan perguruan sebagai alasan permusuhan.

"Beda baju, beda perguruan bukan musuh. Leluhur perguruan silat selalu mengajarkan kebaikan dan persaudaraan. Mari generasi muda kita arahkan pada cara pikir yang cerdas dan penuh silaturahmi,” ucapnya.

Tragedi ini bukan sekadar catatan kriminal. Ini adalah alarm sosial yang mengetuk semua elemen masyarakat: mulai dari orang tua, sekolah, pemerintah, hingga komunitas budaya dan beladiri.

"Forkopimda Lamongan tidak bisa bekerja sendiri. Keluarga adalah benteng pertama. Terutama saat jarum jam menunjukkan pukul 21.00 dan anak belum juga pulang, maka keluarga segera mencarinya," tutur AKBP Agus Polres Lamongan. (*)

Pewarta : Moch Nuril Huda
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.