TIMES JATIM, PACITAN – Kasus Lumpy Skin Disease (LSD) yang ditandai bentol pada kulit sapi di Kabupaten Pacitan kian merebak. Hingga kini 172 ekor sapi masih terpapar.
Sebanyak 138 ekor sapi di antaranya dalam keadaan sakit atau belum sembuh sejak terpapar virus LSD tersebut. Tercatat, baru 32 ekor sapi yang dinyatakan sudah sembuh.
Penularan wabah ini meluas setiap pekan. Dari sebelumnya hanya di tiga kecamatan, kini bertambah menjadi total 11 kecamatan. Pun, demikian masih banyak peternak yang tidak melaporkan sehingga memungkinkan penambahan kasus.
Sapi sehat diberikan tanda Ear Tag pada kupingnya. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
Pemkab Pacitan melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) saat ini tengah berupaya melakukan pencegahan.
"Penyakit LSD sudah merata di seluruh kecamatan. Segala upaya sudah kami lakukan. Namun penyebarannya masih saja terjadi. Ini tidak terlepas dari beberapa faktor," kata Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan DKPP Pacitan, drh Kus Handoko, Selasa (30/5/2023).
Kus menambahkan, penyebab meningkatnya kasus LSD saat ini cenderung disebabkan karena masih tingginya mobilitas keluar-masuk ternak. Peternak yang bandel biasanya nekat menjual sapi dalam keadaan sakit.
"Masyarakat kebanyakan panik saat sapinya sakit dan segera menjual ternaknya ke luar kota," terangnya.
Lebih lanjut Kus Handoko mengatakan, penularan LSD pada sapi potong disebarkan karena vektor, yakni lalat penghisap darah dan nyamuk. Lingkungan sekitar kandang juga memungkinkan virus menjadi cepat berkembang biak.
"Ini menjadi PR tersendiri bagi kami, selain mengobati ternak juga harus memberantas vektor," ujarnya.
Di samping itu, untuk menangani LSD, pihaknya sudah melakukan sosialisasi pencegahan seperti pentingnya kebersihan kandang, vaksinasi dan pengobatan.
"Langkah kami pertama mengajak masyarakat ikut menjaga kesehatan ternak dengan tidak melalulintaskan ternak yang sakit LSD maupun mencampur sekandang. Karena biasanya jika tetangganya kena cepat menyebar meskipun belum muncul tanda klinis. Peternak harus aktif memberantas vektor karena menjadi faktor penularan utama," papar Kus Handoko.
Namun demikian masih ada kendala keterbatasan dalam pengadaan vaksin. Secara tradisional peternak dapat mencegah dengan menjaga kebersihan kandang serta mengendalikan vektor, diantaranya dengan pengasapan atau desinfektan. Selain itu, DKPP Pacitan saat ini tengah mengajukan ketersediaan vaksin kepada Pemprov Jatim.
"Kami usahakan ketersediaan vaksin, di Kabupaten Pacitan baru menerima alokasi 1.200 dosis, 600 untuk sapi perah, 600 sapi potong. Ini kami sedang ajukan lagi ke provinsi namun baru 3 ribu yang disetujui," jelas Kus Handoko.
Tips Sembuh dari LSD
Sementara itu, peternak sapi potong di Lingkungan Teleng, Kelurahan Sidoharjo, Kecamatan Pacitan, Hendri Susanto (38) mengaku jika ketiga sapinya pernah mengalami LSD cukup parah. Hampir seluruh tubuh timbul benjolan hingga nyawanya nyaris tak tertolong.
"Begitu terkena langsung menghubungi mantri hewan. Kemudian diberi perawatan intensif. Tiga bulan sembuh, alhamdulillah sekarang aman," ucapnya.
Selain itu, Hendri menuturkan, guna menjaga daya tahan tubuh sapi, dirinya memberikan vitamin secara rutin seperti B Komplek untuk menjaga daya tahan tubuh. Tak lupa obat cacing guna menjaga nafsu makan selama tiga bulan sekali.
"Saat ini saya memelihara 9 ekor sapi Limosin dan Simental, vaksin PMK dan LSD sudah. Setiap hari saya mandikan, kandang dibersihkan, pagi-sore disemprot desinfektan. Pemberian pakan secara rutin dan usahakan makanan yang segar supaya mood hewan tetap terjaga," katanya.
"Saya biasanya jual ke konsumen, kalau Idul Adha langsung ke kelompok, nggak pernah jual di pasar," jelas Hendri Susanto dan tipsnya mengatasi penyakit LSD di Kabupaten Pacitan. (*)
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Deasy Mayasari |