TIMES JATIM, JOMBANG – Suasana berbeda menyambut jemaat Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jombang menjelang Natal 2025. Alih-alih pohon cemara sintetis seperti yang umum ditemui, sebuah pohon natal raksasa setinggi enam meterberdiri di dalam ruang ibadah, tersusun indah dari ratusan potongan bambu.
Berlokasi di Jalan Adityawarman, GKJW Jombang sengaja memilih bambu sebagai material utama dekorasi Natal tahun ini. Sebanyak 220 potongan bambu disusun rapi membentuk struktur menjulang menyerupai pohon natal, dilengkapi dengan lampu-lampu dan lampion berbahan alami yang memancarkan nuansa hangat dan sederhana.
Vikar GKJW Jombang, Zefta Bagus Nugroho, menuturkan bahwa pemilihan bambu memiliki pesan teologis mendalam, bukan sekadar keputusan estetika.
“Bambu itu sederhana, akarnya kuat, dan tumbuh menjulang. Saat tumbuh pun ia tetap melengkung tanda kerendahan hati. Itulah nilai yang ingin kami sampaikan,” ungkapnya, Rabu (10/12/2025).
Menurut Zefta, karakter bambu tersebut sejalan dengan makna kelahiran Yesus: hadir dalam kesederhanaan, membawa kerendahan hati, namun memberikan kekuatan iman bagi umat manusia.
Bambu yang mampu bertahan melewati berbagai musim juga menjadi simbol bahwa umat Kristiani perlu tegar menghadapi pergumulan hidup.
Menariknya, seluruh bambu yang digunakan merupakan limbah bambu, sebuah simbol bahwa Natal adalah kabar sukacita bagi siapa saja, termasuk mereka yang sering terabaikan.
“Tuhan Yesus hadir untuk memulihkan yang tersisihkan. Limbah bambu ini mengingatkan bahwa kasih-Nya menyentuh semua orang,” ujar Zefta.
Pohon natal dari daur ulang di GKJW Jombang. (FOTO: Rohmadi/TIMES Indonesia)
Dibangun dari 90 Batang Bambu, Dikerjakan hingga Tiga Minggu
Total 90 batang bambu dikumpulkan, kemudian dipotong menjadi 220 bagian sebelum dirangkai selama tiga minggu. Pohon bambu tersebut kini menjadi titik perhatian setiap jemaat yang datang beribadah.
Selain menghadirkan pohon utama, GKJW Jombang juga mengadakan Festival Pohon Natal. Sebanyak 10 kelompok jemaat, masing-masing beranggotakan dua hingga lima orang, ikut serta mendesain pohon natal dari bahan daur ulang. Kegiatan ini menjadi ruang kreativitas sekaligus mempererat kebersamaan antarjemaat.
“Kami ingin jemaat merasakan sukacita dan kekompakan. Natal itu tentang cinta, damai, dan karya bersama,” jelas Zefta.
Menurut Zefta, seluruh rangkaian dekorasi dan kegiatan tahun ini dirancang selaras dengan tema Natal Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI): “Allah Hadir untuk Menyelamatkan Keluarga”.
“Harapannya, umat menyadari bahwa mereka adalah bagian dari keluarga besar Kerajaan Allah, dipanggil untuk menghadirkan cinta dan damai di tengah dunia,” imbuhnya. (*)
| Pewarta | : Rohmadi |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |