https://jatim.times.co.id/
Ekonomi

Ekspor Udang Banyuwangi ke Amerika Mandek 90 Persen Akibat Isu Radioaktif

Rabu, 10 Desember 2025 - 17:44
Ekspor Udang Banyuwangi ke Amerika Mandek 90 Persen Akibat Isu Radioaktif Suasana saat petambak udang sedang menebar benih pada salah satu tambak di Banyuwangi. (FOTO: Ikromil Aufa/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, BANYUWANGI – Industri udang di Banyuwangi tengah menghadapi pukulan berat akibat terhentinya ekspor ke Amerika Serikat. Penghentian ini dipicu oleh isu kontaminasi radioaktif Cesium-137 (Cs-137) yang menyeret produk udang nasional, termasuk yang berasal dari Bumi Blambangan.

Kepala Dinas Perikanan (Disperikan) Banyuwangi, Suryono Bintang Samudra, menjelaskan bahwa secara kapasitas produksi, kabupaten paling ujung timur Pulau Jawa ini termasuk daerah unggulan di Jawa Timur.

Menurut Suryono, meski dengan luasan tambak hanya 1.381 hektare dan 750 yang intensif, Banyuwangi mampu menunjukkan produktivitas yang sangat tinggi dan menjadi salah satu motor penggerak industri udang di Jawa Timur.

“Produksi udang di Banyuwangi ini meski luasannya tidak seberapa, tapi mampu menyumbang 20 persen produksi Jawa Timur. Itu artinya produksi udang Banyuwangi terbesar di Jawa Timur,” kata Suryono, Rabu (10/12/2025).

Banyuwangi sendiri, didukung dengan keberadaan enam perusahaan eksportir dan fasilitas cold storage dengan pasar utama di Amerika dan Jepang. Namun, isu radioaktif membuat alur ekspor tersendat.

Dikatakan Suryono, saat ini pemerintah pusat tengah melakukan negosiasi dengan pihak otoritas Amerika Serikat. Orang nomor wahid di Disperikan Banyuwangi itu, berharap pintu ekspor bisa kembali dibuka, mengingat besarnya ketergantungan sektor ini pada pasar global.

Suryono-Bintang-Samudra.jpgKepala Dinas Perikanan Banyuwangi, Suryono Bintang Samudra. (FOTO: Ikromil Aufa/TIMES Indonesia)

“Saat ini masih negosiasi antara government dan government. Jadi, mudah-mudahan bisa terbuka lagi kran ekspor yang ke Amerika. Karena yang ke Amerika itu kurang lebih 70-90 persen, selainnya ke Jepang, Timur Tengah, dan Eropa,” ujarnya.

Di tengah macetnya ekspor, banyak petambak udang kini memilih mengurangi tebar benur untuk menekan risiko kerugian. Ironisnya, harga pasar lokal saat ini justru lebih tinggi dibandingkan harga ekspor.

“Contohnya di size 100 saja, di pasar lokal bisa Rp 45 ribu per kilogram. Sementara di pabrik cold storage mungkin menerima sekitar Rp 41 hingga Rp 42 ribu per kilogramnya. Kalau dulu pasar lokal lebih murah harganya, pasar ekspor yang mahal harganya,” paparnya.

Suryono mengungkapkan, saat ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi telah menyiapkan sejumlah langkah untuk memperkuat serapan domestik. Salah satunya melalui dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk Makan Bergizi Gratis (MBG) dan pasar murah.

“Salah satu solusi untuk penyerapan pasar lokal, dengan memasukkan komoditas udang sebagai menu makanan anak-anak di MBG dan juga ada program operasi pasar murah,” ungkapnya.

Disperikan Banyuwangi berharap, negosiasi yang sedang berjalan dapat segera membuka kembali akses ekspor, agar industri udang nasional khususnya Banyuwangi tetap bisa bertahan sebagai salah satu tulang punggung ekonomi daerah. (*)

Pewarta : Muhamad Ikromil Aufa
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.