https://jatim.times.co.id/
Berita

Muktamar ke-34 NU Lampung, Pengasuh Ponpes Darul Ulum Jombang: Tak Perlu Meributkan Calon Ketum PBNU

Sabtu, 16 Oktober 2021 - 15:36
Muktamar ke-34 NU Lampung, Pengasuh Ponpes Darul Ulum Jombang: Tak Perlu Meributkan Calon Ketum PBNU Tokoh Muda NU dan Pengasuh Ponpes Darul Ulum Jombang, Zahrul Azhar Asumta. (FOTO: Rohmadi/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, JOMBANG – Menjelang Muktamar ke-34 NU Lampung, banyak bermunculan tokoh untuk digadang-gadang sebagai calon Ketua Umum (Ketum) PBNU. Mengenai isu tersebut tokoh Muda NU Zahrul Azhar Asumta menganggap NU gudangnya orang pintar. Oleh karena itu tak perlu khawatir siapa yang akan menjadi nahkoda PBNU ke depan.

"Kiranya tidak akan sulit mencari sosok yang pantas untuk memimpin NU, karena NU itu gudangnya orang-orang pintar dengan berbagai keilmuan yang dimiliki dan setiap zaman memilki tantangan serta warna yang berbeda-beda," katanya, kepada TIMES Indonesia, Sabtu (16/10/2021).

Lelaki yang merupakan salah satu pengasuh Ponpes Darul Ulum Jombang, Jawa Timur menjelaskan, bahwa tantangan NU ke depan akan semakin bertambah seiring dengan berkembangnya zaman. NU butuh tokoh yang visioner dan mampu menjawab tantangan zaman saat ini dan masa yang akan datang.

“Maka siapapun yang memimpin NU selain harus memilki nilai kepantasan secara keilmuan juga mereka yang bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman di era global,” jelas lelaki yang akrab disapa Gus Hans ini.

Menurutnya, NU saat ini membutuhkan sosok yang bisa memberikan keyakinan kepada publik bahwa NU adalah organisasi yang berwawasan internasional dengan landasan kebangsaan tak tergoyahkan. Maksudnya, selain mengurusi jamiyah NU juga harus selaras dengan perkembangan dan tantangan zaman.

“Kita sudah harus melangkah jauh kedepan mempromosikan konsep Islam rahmatan lilalamin ala nusantara sebagai gerakan revolusi budaya, moderasi beragama yang bisa diterima oleh masyarakat internasional," ujar pria yang juga sebagai Wakil Rektor UNIPDU Jombang.

Gus Hans memberikan ilustrasi, kalau Korea Selatan saja bisa berekspansi dalam melakukan penetrasi budayanya melalu budaya K-POP, kenapa kita tidak melakukan hal yang sama dalam mengenalkan konsep moderasi beragama ala nusantara. Maka dalam hal Ini NU membutuhkan nahkoda yang sudah terbiasa melakukan kegiatan kegiatan intelektual dan networkung beserkala internasional.

“Saya mengusulkan adanya posisi Ketum (ketua Umum) dan Waketum (Wakil Ketua Umum) yang memiliki tugas yang berbeda. Ketum fokus pada hal hal kebangsaan dan issue issue internasional sedangkan Waketum fokus pada pembinaan jamiyah dan keorganisasian,” tambahnya.

Gus Hans menegaskan bahwa regenerasi dalam organisasi adalah suatu keniscayaan jika tidak ingin ditelan oleh zaman.,Termasuk juga di NU beserta banom-banomnya (Badan Otonom – red).

“Kegagalan yang tak dirasakan oleh pemimpin yang gagal adalah ketika ia gagal mencari siapa penggantinya, karena seakan tidak ada yang mampu menggantikannya. Situasi ini bisa terjadi karena sengaja dikondisikan oleh diri sendiri atau sengaja dibentuk oleh orang sekitarnya yang takut kehilangan posisinya. Dua- duanya tidak bagus untuk organisasi yang sehat,” jelasnya.

Gus Hans tidak bisa menyembunyikan kekagumannya pada KH Said Agil Siroj, Ketua Umum PB NU saat ini. Menurutnya ada sesuatu keistimewaan yang dimilik oleh KH Said Agil, yakni kealiman yang allamah dan penguasaan akan ilmu sejarah dan hukum hukum Islam.

“Beliau sosok yang sangat-sangat mumpuni, maka sangat tepat jika Ahwa memutuskan beliau menjadi Rois Aam. Menurut saya dari segala apa yang dimiliki oleh beliau terlalu kecil jabatan Ketua Umum bagi beliau," tegasnya.

Gus Hans tidak melihat adanya perpecahan di dalam tubuh NU. Yang ada hanyalah dinamika kecil yang jamak terjadi menjelang muktamar, dan ini menunjukan bahwa NU adalah organisasi yang hidup.

“Semua pihak pasti mengaku dirinya paling progresif karena memang yang dibutuhkan NU sekarang ini memang progresivitas seiring cepatnya perkembangan zaman. Saya kira yang ada adalah sebatas pada ketidak-siapan beberapa orang yang sekarang menikmati zona nyaman saja,” urainya.

Menurut Gus Hans, PBNU di bawah kepemimpinan KH Said Agil sudah on the track walau dengan sedikit akrobatik yang terkadang belum bisa diikuti oleh para jemaah yang ada di bawah. Tapi bisa jadi menurutnya ini adalah cara KH Said Agil untuk mengajak seluruh lapisan jamiyah agar lebih dewasa untuk bersikap dalam berpolitik dan berbangsa.

“Situasi masih dinamis, dan memang beberapa nama calon sudah mulai bermunculan dan yang paling dominan adalah Gus Yahya dengan segala kiprah dan track record internasional-nya. Bagi saya KH Said Agil memiliki makom yang pas yang sangat layak jika Ahwa menunjuk beliau sebagai Rois Aam,” pungkasnya terkait calon Ketum PBNU yang akan dipilih pada Muktamar ke-34 NU Lampung. (*) 

Pewarta : Rohmadi
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.