TIMES JATIM, MALANG – Upaya memperkuat ketahanan budaya Indonesia menjadi pesan utama dalam gelaran Wilwatikta Acarita 2025 yang berlangsung pada 13–16 November di Kabupaten Malang dan Kota Malang.
Program tahunan yang diinisiasi Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah 11 bersama Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya serta Pemerintah Kabupaten Malang itu dirancang untuk menghadirkan kembali nilai-nilai kebijaksanaan Majapahit sebagai inspirasi masa depan.
Pembukaan acara turut dihadiri sejumlah tokoh, termasuk Wakil Bupati Malang dan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 1993–1998, Prof. Wardiman Joyonegoro.
Kepala BPK Wilayah 11, Endah Budi Heriani, menegaskan bahwa tema tahun ini, “Titis Wilwatikta: Warisan Majapahit Sebagai Inspirasi Masa Depan”, dipilih untuk mendorong generasi muda lebih dekat dengan sejarah bangsanya.
“Kami ingin Majapahit tidak hanya dilihat sebagai catatan masa lalu, tetapi sebagai inspirasi untuk masa depan, baik dalam teknologi, seni, maupun filosofi Bhinneka Tunggal Ika,” ujarnya.
Endah menambahkan, penyelenggaraan Wilwatikta Acarita di UMM Dome pada 15–16 November merupakan salah satu strategi menjaga ketahanan budaya bangsa. “Kegiatan ini dikemas semenarik mungkin karena sasarannya anak muda. Ini upaya kami untuk terus menjaga ketahanan budaya,” tuturnya.
Pembacaan kitab Nagarakretagama dengan Iringan musik menjadi salah satu acara pengisi gelaran Wilwatikta Acarita 2025 yang berlangsung pada 13–16 November di Dome Universitas Muhammdiyah Malang. (Foto: Wanda Rachmawati Athya Putri/TIMES Indonesia)
Rangkaian kegiatan berlangsung selama empat hari, diawali seminar nasional bertema Perempuan di Wilwatikta, Teknologi Majapahit, interpretasi Wilwatikta dalam karya fiksi, hingga gaya hidup masyarakat masa Majapahit pada 13–14 November.
Acara kemudian bergeser ke UMM Dome dengan suasana lebih santai melalui pameran kebudayaan dari berbagai museum, pertunjukan seni, dan lomba cerita Panji yang diikuti sekitar 10 grup kesenian.
Cerita Panji, yang berkembang sejak abad ke-12 dan dikenal hingga Asia Tenggara, menjadi salah satu ikon penting yang diangkat. Selain itu, pengunjung juga diajak menyelami karya sastra klasik melalui pembacaan Negarakertagama karya Empu Prapanca.
Menurut Endah, rangkaian ini dirancang untuk menumbuhkan kembali pemahaman generasi muda terhadap kebudayaan Nusantara di tengah derasnya pengaruh budaya luar. “Tidak masalah anak muda menyukai budaya luar, tetapi pengetahuan tentang budaya Indonesia harus tetap jadi prioritas. Jangan sampai kearifan lokal hilang,” katanya.
Dukungan terhadap kegiatan ini juga datang dari pemerintah daerah. Wakil Bupati Malang, Lathifah Shohib, menilai Wilwatikta Acarita berhasil menarik animo besar generasi muda dan mendorong mereka mengenal akar budaya bangsanya. “Kita tidak boleh meninggalkan akar kehidupan budaya yang kita miliki,” ujarnya.
Antusiasme masyarakat tampak kuat pada panggung budaya yang menampilkan Reyog Brawijaya, pembacaan Negarakertagama, komedi tunggal Nopek Novian, hingga penampilan Is Pusakata bersama Malik Entertainment.
Melalui Wilwatikta Acarita, penyelenggara berharap generasi muda dapat memaksimalkan kesempatan mempelajari perkembangan budaya lokal sekaligus menegaskan kedudukan Indonesia sebagai negara yang kaya warisan budaya. (*)
| Pewarta | : TIMES Magang 2025 |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |