TIMES JATIM, PACITAN – Supaya tidak hanya menjadi penghias spanduk dan baliho, kader PMII Pacitan digembleng dengan Diklat Kader Ideologis.
Diklat yang digelar kali keduanya setelah sempat mati suri selama 1 dekade lebih ini bakal berlangsung selama tiga hari mendatang. Bertempat di Balai Diklat BKPSDM Pacitan.
Tujuannya? Membentuk kader yang tak sekadar pandai pidato, tapi juga lihai membaca realitas.
Ketua PC PMII Pacitan, Al Ahmadi, berbicara tegas. Ia tak ingin kadernya hanya jadi penghias spanduk.
“Kader PMII harus punya gagasan, berani berinisiatif, dan jeli dalam menganalisis sosial-politik. Jangan jadi kaum yang alergi bicara soal kepentingan publik,” ujarnya, Jumat (21/2/2025).
Ketua Pelaksana kegiatan, Sunardi, melaporkan bahwa tema kali ini tak main-main: "Ngudi Pambudi Luhur, Ngrumat Praja Dharma."
Dalam bahasa manusia, ini berarti membentuk kader berbudi luhur dan menjaga marwah bangsa.
“Ngudi Pambudi Luhur itu membangun karakter. Ngrumat Praja Dharma? Itu soal menjaga kebangsaan dan etika publik,” jelasnya.
Sementara itu, Yusuf Arifai, dari jajaran Majelis Pembina Cabang (Mabincab) PMII Pacitan, menegaskan bahwa DKI harus jadi kawah candradimuka bagi para kader.
“Zaman sekarang ini, PMII tak boleh cuma jadi pengekor. Harus jadi lokomotif perubahan. Perubahan itu bukan dari leha-leha, tapi dari keberanian,” katanya, penuh tekanan.
Acara ini menghadirkan para pemikir dan praktisi yang bukan kaleng-kaleng. Ada M. Sai Yusuf dari PKC PMII Jawa Timur, Nur Hidayat dari Yayasan Kemanusiaan Madani Indonesia, advokat Badrul Amali, S.H., M.H., C.L.A., C.M.LC., hingga Kepala Bappedalitbang Pacitan, Heru Sukresno.
Tak ketinggalan, Kepala BKD Pacitan Daryono, jurnalis TIMES Indonesia Yusuf Arifai, serta politisi DPRD Pacitan, Bagus Surya Pratikna.
Para Komisioner Bawaslu dari berbagai daerah juga turut mengisi, termasuk Prof. Stephen Harrington dari QUT Australia dan akademisi Lian Agustina, S.Sos., M.Med.Kom.
Dalam sambutan pembukaan, Yusuf Arifai menegaskan bahwa PMII bukanlah alat mendaki jabatan semata.
“PMII harus tegak lurus dalam memperjuangkan nilai-nilai kebaikan. Bukan hanya demi kepentingan kelompok, apalagi pribadi,” tandasnya.
Dengan begitu, kader PMII Pacitan diharapkan tidak hanya lincah bicara dan lihai berdebat, tapi juga teguh dalam prinsip, dan tak segan berdiri di garis depan untuk memperjuangkan keadaban publik serta keadilan. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Kader Ideologis PMII Pacitan Digembleng Biar Tidak Hanya Jadi Penghias Spanduk
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Deasy Mayasari |