TIMES JATIM, JOMBANG – Kreatif, inovatif dan penuh dengan inspirasi. Mungkin ini yang cocok untuk menggambarkan Samiaji (46) warga Dusun Banjarsari, Desa/Kecamatan Bareng, Jombang yang mengelola sampah menjadi lukisan yang mempunyai nilai seni dan nilai jual yang tinggi.
Berawal dari keresahan akan sampah di sekitar lingkungan rumahnya. Ia terinspirasi untuk mengelola sampah agar tidak dipandang remeh dan mempunyai nilai jual yang tinggi.
Dengan kemampuan di bidang seni lukis yang ia tekuni sejak kecil, ia menyulap sampah-sampah yang menjijikkan menjadi sebuah karya seni lukis yang indah bahkan bernilai jutaan rupiah.
Melalui tangan seninya serta dengan keuletan dan kesabarannya ia melakukan percobaan membuat berbagai olahan sampah untuk menjadikan suatu karya seni juga membutuhkan waktu yang sangat lama.
"Sebenarnya sudah lama sekitar empat tahun yang lalu. Namun, karena ada pekerjaan lain yang tidak bisa tertinggal akhirnya risetnya selalu gagal. Mungkin hikmah dari banjir kemarin yang melanda, bareng saya bisa lebih fokus dan berhasil menemukan formula yang pas untuk menghasilkan karya seni," jelas pria yang akrab disapa Mijek ini kepada TIMES Indonesia. Selasa (2/3/2021).
Menurutnya, selama ini semua orang jarang yang menghargai sampah bahkan memandang sampah dengan sebelah mata. Bahkan menganggap sampai adalah libah yang tidak bisa dimanfaatkan sama sekali.
Namun, di matanya ia meyakini bahwa sampah ini bisa dimanfaatkan dan bisa menjadi sebuah karya seni dengan adanya unsur keindahan didalamnya. Pada suatu hari nanti barang tersebut tidak akan akan dihargai dan dicari oleh banyak orang.
"Saya juga tidak butuh penghargaan atau pengakuan orang lain. Mengenai karya seni yang saya buat ini yang penting bisa memanfaatkan sampah dengan baik menjadi sebuah karya seni yang mempunyai keindahan didalamnya," jelasnya.
Ada salah satu karya lukis yang unik yaitu sebuah lukisan dengan motif berbahan dasar pempes. Bahan dasar yang begitu menjijikan itu ia sulap menjadi sebuah lukisan yang unik dan mempunyai nilai jual yang tinggi.
"Kalau sampah-sampah lainnya kayak plastik dan sebagainya itu bisa dibakar dan dimusnahkan. Tapi kalau pempes biasanya dibuang disungai, ya disitulah saya mengambil bahan dasarnya. Salah satu kegelisahan saya waktu itu, sungai hanya sebagai pembuangan pempes masyarakat," bebernya.
Awalnya pembalut dibuat olehnya sebagai bahan pengusir tikus di sawah dengan di campur berbagai obat. Namun karena kepercayaan masyarakat yang sedikit serta kurangnya uji klinis, pemanfaatan pembalut sebagai pengusir hama tikus gagal. Barulah kemudian ia membuat lukisan dengan pembalut.
Tidak hanya itu, Samiaji juga pernah melelang lukisannya di berbagai pameran lukisannya. Salah satunya untuk membantu korban banjir yang melanda Jombang pada beberapa waktu lalu. Hasilnya lukisan yang dilelangnya tersebut ludes terbeli penggemarnya.
“Untuk harga kita menyesuaikan dan tergantung dari bahannya. Bisa satu hari selesai bisa juga sampai satu minggu, tergantung cuaca juga. Kalau harganya tergantung tingkat kesulitannya mulai 100 ribu hingga jutaan,” terangnya.
Untuk tahap pembuatan lukisan sampah yaitu mulai dari penentuan bahan dasar yang diperoleh dari bahan bekas atau sampah. Kemudian konsep, pemilihan bahan, pengaplikasian dan finishing.
Dalam pembuatan lukisan sampah ini, ia mengaku juga mempunyai banyak kendala terutama saat mengerjakan lukisan dar bahan dasar sampah plastik.
Kini dari tangan kreatifnya, puluhan lukisan yang terbuat dari bahan dasar sampah dan mempunyai nilai seni dan nilai jual tinggi sudah ia selesaikan serta terpampang indah di rumahnya.(*)
Pewarta | : Rohmadi |
Editor | : Irfan Anshori |