TIMES JATIM, MOJOKERTO – Badan Pusat Statistik atau BPS Kabupaten Mojokerto resmi merilis profil kemiskinan Kabupaten Mojokerto 2020. Ditandai dengan publikasi nomor No.05/12/3516/Th.I, 15 Desember 2020, dapat diakses di laman https://mojokertokab.bps.go.id/.
Pengukuran didasarkan pada kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic need approach). Artinya tingkat kemiskinan diukur dari pengeluaran masyarakat untuk memenuhi kebutuhan makanan dan bukan makanan.
Gedung BPS Kabupaten Mojokerto Jl. R.A Basuni No.35, Kedungpring, Jampirogo, Kec. Sooko, Mojokerto
Publikasi ini menjelaskan bahwa penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah Garis Kemiskinan (GK). Garis Kemiskinan yakni tingkat minimum pendapatan yang dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh standar hidup yang mencukupi.
118.800 jiwa hidup di bawah Garis Kemiskinan
Berdasarkan hasil Susenas 2016-2020 terjadi peningkatan Garis Kemiskinan yang awalnya Rp 330.940 dan tahun 2020 menjadi Rp.406.043. Artinya daya beli masyarakat semakin tahun semakin naik dan garis Kemiskinan ikut meningkat.
BPS Kabupaten Mojokerto menyebut setidaknya terdapat 118.800 jiwa (10,57%) yang hidup di bawah angka garis kemiskinan. Data ini mengalami peningkatan sebesar 0,82% dibandingkan tahun lalu yakni 108.810 jiwa atau sebesar (9,75%).
Perkembangan penduduk miskin 4 tahun terakhir
Pada tahun 2016, persentase peduduk miskin di Kabupaten Mojokerto mencapai 115,38 ribu jiwa atau 10,61 persen dari total penduduk. Pada tahun-tahun berikutnya terus mengalami penurunan mulai dari 10,19% pada tahun 2017, 10,08% di tahun 2018, dan menjadi 9,75 persen (108,81 ribu jiwa) pada tahun 2019.
Pada tahun 2020, mengalami peningkatan jumlah penduduk miskin menjadi 118,80 ribu jiwa (10,57 persen). Selama rentang periode 4 tahun tersebut terjadi penurunan 0,04 poin. Namun jumlah penduduk miskin bertambah sebanyak 4,94 ribu jiwa.
Sejalan dengan hal yang dikatakan Ir. Lutfin Fana, M.M, Penanggungjawab umum Badan Pusat Statistik Kabupaten Mojokerto kepada TIMES Indonesia. Ia menceritakan tentang proses pengambilan sampel di Kecamatan Jetis. Saat awal pandemi Covid-19, pedagang keliling cenderung takut keluar rumah.
Perpustakaan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Mojokerto(Foto: Thaoqid Nur Hidayat/TIMES Indonesia)
"Peracangan yang menyediakan kebutuhan bahan makan dan keliling menjadi jarang. Karena pandemi kan, orang takut keluar rumah. Di rumah aja, PSBB, jadi peracangan cenderung berkurang lebih diganti dengan penjual kebutuhan yang lebih awet seperti pasta gigi, sabun," ungkapnya kepada TIMES Indonesia di perpustakaan BPS Kabupaten Mojokerto Jl. R.A Basuni No.35, Kedungpring, Jampirogo, Kec. Sooko, Mojokerto. (10/02/2021).(*)
Pewarta | : Thaoqid Nur Hidayat |
Editor | : Irfan Anshori |