TIMES JATIM, GRESIK – Melalui program pelatihan keterampilan, Freeport Indonesia memberikan edukasi budidaya kepiting dengan sistem apartemen kepiting kepada kelompok nelayan dan petambak di Gresik.
Kegiatan ini dilaksanakan di Balai Nelayan Desa Manyar Sidomukti dan diikuti oleh perwakilan nelayan dari Desa Manyarrejo, Manyar Sidomukti, dan Manyar Sidorukun pada Kamis 4 Desember 2025.
Vice President External Affairs Smelter PTFI, Erika Silva, menyampaikan bahwa pelatihan ini merupakan rangkaian program kepedulian perusahaan terhadap pengembangan ekonomi masyarakat, khususnya nelayan.
“Hari ini kami hadir untuk mengenalkan inovasi apartemen kepiting sebagai inovasi alternatif pengembangan usaha nelayan," katanya.
Pembukaan kegiatan pelatihan dan edukasi apartemen kepiting di Balai Nelayan Manyar Sidorukun Kecamatan Manyar (Foto: Akmal/TIMES Indonesia)
Erika menambahkan, konsep rumah kepiting memang membutuhkan biaya lebih tinggi, namun Freeport bersama nelayan berupaya mencari inovasi yang lebih murah dan tetap memberikan hasil optimal.
Melalui inovasi ini, nantinya kepiting hasil tangkapan nelayan bisa memberikan nilai tambah ekonomi karena dibudidayakan terlebih dahulu.
“Semoga pelatihan ini memberi dampak positif bagi nelayan, untuk meningkatkan nilai ekonomi hasil tangkapan, kepiting yang sudah ditangkap akan dilakukan penggemukan sehingga bisa meningkatkan nilai jual kepiting tersebut," tuturnya
Sebelumnya terang Erika, PTFI juga menggelar pelatihan pembuatan pupuk probiotik untuk petambak bandeng di Banyuwangi, Karangrejo, dan Bedanten, lalu pelatihan pembuatan alat tangkap bubu di Desa Watu Agung, Tanjung Widoro, dan Desa Kramat.
"Pelatihan kali ini fokus kepada nelayan dan petambak, kami gelar di wilayah sekitar operasi Smelter PTFI sesuai dengan kebutuhan serta asesmen yang telah dilakukan sebelumnya sehingga pelatihan ini bisa berdampak dan ada hasilnya," terangnya.
Jadi Napas Baru Nelayan
Foto bersama bagi peserta yang ikut dalam kegiatan pelatihan dan pengembangan usaha nelayan melalui model apartemen kepiting (Foto: Akmal/TIMES Indonesia)
Salah satu nelayan peserta kegiatan, Sobirin, mengungkapkan bahwa pelatihan ini membuka wawasan baru bagi dirinya. Selama ini, kepiting hasil tangkapannya langsung dijual kepada tengkulak tanpa melalui proses budidaya sehingga harga jual stagnan.
"Setelah mendapat materi, kami diajak praktik langsung membuat apartemen kepiting. Bahan-bahannya juga mudah didapat dan harganya murah," ujarnya.
Nelayan yang telah melaut sejak usia 12 tahun dan kini berusia 55 tahun itu mengaku akan mencoba menerapkan model budidaya modern tersebut. "Jadi kepiting kecil-kecil nanti bisa kita budidayakan lagi. Harga kepiting akan naik karena besar," ungkapnya.
Dia menilai metode ini sangat memungkinkan dilakukan di lahan sempit, bahkan bisa diterapkan di area rumah tanpa membutuhkan lahan luas. Bahannya pun mudah didapatkan. "Harapan saya, budidaya modern ini bisa membantu ekonomi nelayan," tambahnya.
Dukungan juga datang dari pemerintah desa. Kepala Desa Manyar Sidorukun, Su’udin, berharap program ini benar membuka peluang usaha baru. Selama ini, para nelayan hanya menggantungkan penghasilan dari hasil melaut tanpa memiliki alternatif usaha lain.
Dengan adanya pelatihan ini, ia optimistis pendapatan nelayan dapat meningkat di tengah kondisi hasil tangkapan yang kian menurun karena berbagai faktor.
"Dengan hadirnya Freeport, kami berharap ada manfaat lebih bagi petani tambak dan nelayan. Ke depan bisa berkembang menjadi petani kepiting, apalagi harga kepiting tinggi pada momen tertentu seperti Imlek atau hari besar lainnya," ujarnya. (ADV)
| Pewarta | : Akmalul Azmi |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |