TIMES JATIM, JAKARTA – >Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ جَعَلَ أُمَّتَنَا أُمَّةَ الإِسْلَامِ خَيْرُ أُمَّةٍ، وَبَعَثَ إِلَيْنَا رَسُوْلاً يَتْلُوْ عَلَيْنَا آيَاتِهِ وَيُزَكِّيْنَا وَيُعَلِّمُنَا الكِتَابَ وَالحِكْمَةَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ أَكْمَلَ لَنَا الدِيْنَ وَأَتَمَّ عَلَيْنَا النِعْمَةَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ لِلْعَالَمِيْنَ هُدًى وَرَحْمَةً، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ، فيا عِبَادَ اللهِ: أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ؛ فَإِنَّ مَنِ اتَّقَى اللهَ، وَقَاهُ وَأَرْشَدَهُ إِلَى خَيْرِ أُمُوْرٍ دِيْنِهِ وَدُنْيَاهُ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.
Ma’asyiral Muslimin, jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Pertama, marilah kita bersyukur kepada Allah atas segala limpahan nikmat-Nya kita berada di penghujung tahun 1446 H. Artinya sebentar lagi kita akan memasuki tahun baru Islam 1 Muharram 1447 H.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi akhir zaman, pembawa risalah Islam yang telah mengajarkan kepada kita bagaimana cara menjadi Muslim yang baik. Imam para Nabi dan Rasul, Nabi Muhammad SAW, juga kepada keluarga beliau, para sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Tak lupa, khatib berwasiat kepada diri kami pribadi dan juga kepada jamaah sekalian agar senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Sungguh takwa adalah sebaik-baik bekal kita kembali kepada Allah.
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Hari demi hari berlalu dan sudah kita lewati. Siang dan malam terus berganti, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun. Namun, masih saja ada sebagian manusia yang terus bergelimang dalam kemaksiatan dan pelanggaran. Sibuk dengan urusan dunia, hingga lupa siapa yang memiliki dunia. Padahal umur manusia tak satu pun yang tau.
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Allah akan senantiasa memberikan kesempatan emas kepada hamba-Nya yang beriman untuk menuai pahala semaksimal mungkin. Saat musim berbuat kebaikan berlalu, pasti akan datang musim kebaikan yang lain. Saat hilang sebuah kesempatan untuk berbuat kebaikan, maka akan Allah gantikan dengan kesempatan lainnya. Sesungguhnya, saat ini kita berada di penghujung bulan Dzulhijjah yang penuh kemuliaan dan keutamaan. Artinya kita diberi kesempatan emas oleh Allah untuk beramal shalih semaksimal mungkin, dan sebentar lagi kita akan memasuki bulan Muharram/Syura yang juga penuh dengan kemuliaan dan keutamaan.
Sebagaimana dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw bahwa bulan Muharram atau bulan Syura termasuk bulan baik dan mulia. Bukan bulan sial dan kesedihan sebagaimana yang menjadi anggapan sebagian orang. Nabi SAW menisbatkan bulan mulia ini kepada Allah SWT. Abu Dzar Al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu pernah bertanya kepada Nabi,
سألتُ النَّبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم: أيُّ اللَّيلِ خيرٌ، وأيُّ الأشهُرِ أفضَلُ؟ فَقَالَ: خَيْرُ اللَّيلِ جَوفُه، وأفْضَلُ الْأَشْهُرِ شَهرُ اللهِ الَّذِي تَدْعُونَهُ الْمُحَرَّمَ
“Aku bertanya kepada Nabi SAW, ‘Apakah malam yang paling baik dan apakah bulan yang paling utama?’ Beliau bersabda, ‘Sebaik–baik malam adalah pertengahannya, dan seutama-utamanya bulan adalah bulan Allah yang kalian menamainya dengan bulan Al-Muharram.” (HR. An-Nasa’i)
Hikmah dari penyebutan Muharram sebagai ‘bulan Allah’ sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Hafidz Al-Iraqi di dalam kitab Syarh At-Tirmidzi adalah,
“Bulan Muharram disebut dengan bulan Allah karena Muharram merupakan salah satu bulan suci/haram yang Allah haramkan di dalamnya peperangan. Dan ia merupakan bulan yang pertama kali dinisbatkan kepada Allah SWT secara khusus. Dan bulan-bulan lainnya tidak ada yang secara shahih dinisbatkan oleh Rasulullah SAW kepada Allah, kecuali bulan Muharram.”
Ma’asyiral Muslimin, jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Bulan Muharram merupakan bulan yang paling mulia setelah bulan Ramadan. Inilah pendapat yang banyak diambil oleh para ulama. Hasan Al-Basri rahimahullah berkata,
إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى افْتَتَحَ السَّنَةَ بِشَهْرٍ حَرَامٍ، أَيْ: الْمُحَرَّمِ، وَخَتَمَهَا بِشَهْرٍ حَرَامٍ، أَيْ: ذِي الْحِجَّةِ، فَلَيْسَ شَهْرٌ فِي السَّنَةِ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ أَعْظَمَ عِنْدَ اللَّهِ مِنَ الْمُحَرَّمِ.
“Sesungguhnya Allah SWT mengawali tahun dengan dengan bulan yang suci dan mulia, yaitu Muharram. Dan menutupnya juga dengan bulan yang suci dan mulia, yaitu bulan Zulhijah. Maka, tidak ada bulan yang lebih mulia setelah bulan Ramadan, kecuali bulan Muharram.”
Bulan Muharram adalah bulan baik nan mulia hingga kemudian Allah SWT mengabadikan dalam AlQuran dan dijelaskan dalam hadits Nabi Muhammad SAW. Allah menekankan haramnya berbuat kezaliman dan kemaksiatan di bulan Muharram, karena dosa kemaksiatan di dalamnya dilipatgandakan. Allah SWT berfirman,
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ.
“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi. Di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu.” (QS. At-Taubah: 36)
Al-Qurtubi rahimahullah mengatakan,
“Allah khususkan penyebutan bulan-bulan haram serta Allah larang perbuatan zalim di dalamnya sebagai bentuk penghormatan dan pemuliaan, walaupun (perbuatan zalim) itu terlarang di setiap zaman dan waktu. Inilah (tafsir ayat di atas) yang banyak diambil oleh ulama tafsir, yaitu: ‘janganlah kamu sekalian menzalimi diri kalian sendiri pada bulan-bulan haram yang empat itu.’”
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Salah satu bentuk kezaliman terhadap diri kita adalah ketika kita bermaksiat kepada Allah, ketika kita tidak melaksanakan perintah Allah ataupun melanggar apa yang dilarang.
Jamaah sekalian, setelah kita mengetahui betapa besarnya keutamaan bulan Muharram dan juga memahami bahwa kemaksiatan dan kezaliman yang dilakukan di bulan Muharram dosanya lebih besar, maka harusnya kita semakin sadar diri, jangan sampai kita isi bulan Muharram dengan hal-hal yang sia-sia apalagi tidak ada maslahat untuk kehidupan dunia dan akhirat kita. Isilah bulan Muharram dengan ketaatan kepada Allah SWT yang sesuai dengan ajaran dan tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
Salah satu keutamaan bulan Muharram yang mulia ini adalah anjuran untuk memperbanyak puasa di dalamnya. Bahkan, sebagian ulama membolehkan berpuasa sunnah sebulan penuh, berdasarkan sabda Nabi SAW,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ.
“Puasa yang paling utama setelah Ramadan adalah (puasa) di bulan Allah (yaitu) Muharram. Sedangkan salat yang paling utama setelah (salat) fardu adalah salat malam.” (HR. Muslim)
Pada bulan Muharram juga terdapat satu hari, dimana Rasulullah SAW bersemangat untuk berpuasa dan beliau memerintahkan para sahabatnya untuk ikut berpuasa, bahkan para sahabat mengajak dan mengajarkan anak-anak yang belum baligh untuk ikut berpuasa.
Jamaah yang dirahmati Allah SWT
Syariat juga memberikan balasan yang besar bagi siapa saja yang berpuasa di hari ‘Asyura’. Nabi SAW bersabda,
وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ.
“Dan puasa hari ‘Asyura’ saya berharap kepada Allah dapat menghapus (dosa) tahun sebelumnya.” (HR. Muslim)
Puasa pada tanggal 10 Muharram ini akan lebih sempurna pahalanya dan akan lebih utama jika kita dahului dengan berpuasa satu hari sebelumnya, yaitu pada tanggal 9 Muharram. Hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW,
لَئِنْ بَقِيتُ أَوْ لَئِنْْ عِشْتُ إِلَى قَابِلٍ لَأَصُومَنَّ التَّاسِعَ.
“Seandainya umurku sampai tahun depan atau aku masih hidup, niscaya aku akan berpuasa pada tanggal Sembilan (tasyu’a).” (HR. Muslim dan Ibnu Majah)
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوا الله إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ.
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Pada khutbah kedua ini khatib mengajak kita semua untuk menyambut bulan Muharram dengan penuh rasa syukur dan semangat meningkatkan amal ibadah kita. Jadikan bulan Muharram yang akan datang sebagai momen untuk introspeksi diri, muhasabah agar lebih baik dari hari-hari kemarin. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hasyr ayat 18:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ.
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Akhirnya, marilah kita berdoa semoga kita semua termasuk hamba Allah SWT yang bisa memanfaatkan momen bulan Muharram ini dengan maksimal, dimudahkan menjaga batasan dan larangan Allah dengan tidak melanggarnya, serta dimudahkan memperbanyak berpuasa di dalamnya. Semoga kita semua dikumpulkan bersama Nabi kita yang mulia Muhammad SAW di surga Allah SWT yang kekal nanti. Amin.
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،
اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى، والتُّقَى، والعَفَافَ، والغِنَى.
اَللّٰهُمَّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ. أَقِمِ الصَّلَاة. (*)
Oleh Moh. Asysyadul Juhdi Al Mubarak, S.Pd
Wakil Ketua PDM Pacitan
Jl. HOS Cokroaminoto No. 15 Kauman Pacitan.
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Bulan Muharram, Bulan Baik Nan Mulia
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Deasy Mayasari |