TIMES JATIM, SURABAYA – Euforia Hari Kemerdekaan Indonesia di Bulan Agustus ini tak lepas dari perjuangan para pahlawan terdahulu. Pejuang-pejuang yang membantu Indonesia menjadi negara yang bebas penjajahan dari negara asing, sekarang juga bisa kita sebut sebagai veteran.
Kisah perjuangan para veteran kembali menjadi pengingat betapa mahalnya arti kemerdekaan. Salah satu tokoh veteran, Kolonel Marinir, Dr. T. Warman merupakan tokoh veteran beragama Katolik yang berusia 79 tahun, lahir di Yogyakarta pada tanggal 21 Mei 1946.
Pada tahun 1963, dirinya terdaftar sebagai TNI AL yang kemudian masuk polisi militer AKABRI pada tahun 1968, kemudian pensiun di usianya yang ke-55 tahun.
Dr T. Warman merupakan seorang veteran berpendidikan tinggi, ia menjalani pendidikan hingga ke jenjang S3 walaupun dirinya seorang TNI. Pendidikan S1 ia tempuh di Universitas Terbuka pada saat dirinya berpangkat Letnan Kolonel, kemudian lulus dari perkuliahan dengan membawa gelar sarjana ilmu politik.
Ia juga mengenyam pendidikan S1 lagi sebagai sarjana agama. Warman, merupakan seseorang yang ambisius dan haus akan ilmu, ia melanjutkan pendidikannya ke jenjang S2 dan mendapatkan gelar Magister Manajemen, kemudian dilanjutkan lagi hingga ia mengenyam gelar doktor.
Di luar pendidikan formal yang ia tempuh, Warman juga menempuh sekolah Garda Utama di Pacet. Warman merupakan tokoh veteran yang memiliki wawasan luas, tak heran, jika dirinya senang membagikan kisah hidupnya.
Seperti perjuangannya ketika bertugas di Timor Timur, membawa pleton berisi 45 orang ditambah dengan tim mortir berjumlah 12 orang. Ketegangan terjadi di medan perang saat Warman bertugas, salah satu anggota dari peleton yang ia pimpin tewas karena tertembak.
"Di situasi tersebut satu batalyon diharuskan mundur karena medan yang akan dilalui sangat berat dan kekuatan musuh juga sangat kuat. Kiri kanan sudah dikuasai oleh musuh dan terpaksa kami mundur dengan membawa satu jenazah yang tewas tertembak," ceritanya saat ditemui di kantor LVRI Jawa Timur, Rabu (20/8/2025).
Pengalaman yang tak pernah ia lupakan, tempur membawa senjata, ransel, pistol, granat dan menggunakan helm, melawan FRETILIN tentara Portugis (Frente Revolucionária de Timor-Leste Independente).
“Saya waktu bertugas di sana itu tidak mikir masih bisa hidup atau tidak, karena ingin melaksanakan tugas negara, saya sudah siap mati,” tegas Warman.
Ia juga mengenang kala berangkat melaksanakan tugasnya, anak pertama Warman sedang dalam kondisi sakit selepas operasi dan diinfus, tetapi dirinya tetap berangkat tanpa berfikir makan apa, dan lain-lainnya. Yang ia pikirkan saat itu hanyalah siap melaksanakan tugas.
Lebih lanjut, Warman menyampaikan, tanggal 17 Agustus harus dimaknai sebagai hari untuk menghargai dan menghormati para pejuang yang telah memproklamasikan Indonesia untuk merdeka. Karena atas jasa-jasanya Indonesia bisa merdeka.
“Indonesia Merdeka bukanlah hadiah, melainkan melalui perjuangan dan pengorbanan yang luar biasa," ungkapnya yang dulunya juga seorang dosen.
Warman yang memiliki sifat gigih, kini menempati posisi Bendahara di LVRI Jatim, yang sebelumnya merupakan anggota dewan pertimbangan. Di lain itu ia juga pernah menjadi kepala keamanan di PT Dok dan Perkapalan di Surabaya di Perak. Ia juga pernah menjadi wakil direktur operasional di Pasar Atom.
Tak kenal lelah dengan segala kegiatan yang beliau tempuh di usianya yang tidak lagi muda ini, Warman juga memiliki sebuah PT dibidang keamanan yang ia pimpin sendiri.
Lebih lanjut, beberapa jabatan mentereng pernah ia duduki sewaktu masih bertugas, diantaranya komandan peleton saat peperangan, komandan kompi dan komandan batalyon, perwira staf koperasi resimen, kepala staf resimen hingga komandan resimen. Setelah itu Warman juga pernah bertugas di Kodam Udayana Bali menjadi LO (kepala markas wilayah pertahanan sipil di provinsi Bali).
Oleh karena itu, sebagai veteran, Warman berharap agar anak muda di masa sekarang memiliki jiwa semangat 1945 sehingga bisa mengetahui sejarah perjuangan dan nilai-nilai perjuangan.
“Jangan hanya hafal pancasila, tapi betul-betul harus meresap. Meresap ke dalam hati dan sanubari kita untuk menjadi darah yang mengalir dalam lubuk hati itu nilai-nilai pancasila," pesannya. (*)
Pewarta: Devi Ismayanti (MG)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Mengenal Kolonel Mar. Purn, Dr. T. Warman, Veteran Sekaligus Dosen Luar Biasa
Pewarta | : Siti Nur Faizah |
Editor | : Deasy Mayasari |