TIMES JATIM, MOJOKERTO – Konon, masyarakat setempat menamai sumber mata air kecubung di Desa Penanggungan, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto. Sumber mata ini adalah satu diantara delapan sumber mata air lain di desa ini. Tergerak memadukan konsep pelestarian ekologi dan wisata, alhasil kompleks Kampung Organik Brenjonk menjadi desa ‘kedaulatan pangan dan ekowisata organik’.
Tanah di Kampung Organik Brenjonk seluas 5 ribu meter persegi ini dulu hanya berupa hamparan sawah dengan sistem terasering. Berkelok menurun diantara bukit-bukit dengan panorama utama gunung penanggungan utuh. Jalan usaha tani di tengahnya dihimpit oleh 20 usaha kecil para petani.
Petirtaan Lembah Kecubung yang dijadikan sebagai tempat refleksi ikan di Desa Penanggungan, Trawas, Kabupaten Mojokerto, Kamis (14/9/2023) (FOTO: Theo/TIMES Indonesia)
Nasi, lauk, dan sambal yang disajikan di Kampung Organik Brenjonk adalah hasil keringat petani sendiri. Ikannya diambil dari kolam-kolam peternak. Begitupun ayam, bebek, adalah hasil peternakan desa setempat. Tak ayal Desa Penanggungan menjadi lumbung pangan kecamatan yang mampu menghasilkan 77 ton gabah setiap bulannya.
Kampung Organik Brenjonk. Begitu orang menyebutnya. Kampung tempat pentingnya pertanian organik menjadi penyangga kedaulatan pangan. Kampung tempat dimana masyarakat umum dan pelajar mengenal dan mengerti apa dan bagaimana rupa pertanian organik. Kampung ini mendapat anugerah tanah yang subur dengan suasana sejuk dan dingin segar.
Kampung ini pun berkembang. Pemerintah Desa Penanggungan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau APBDes 2022 menggelontorkan sebanyak Rp 300 juta untuk menjadikan Lembah Kecubung sebagai role model pengembangan Ekowisata Desa Organik.
Lembah Kecubung adalah wisata alam buatan yang menyuguhkan pelestarian ekologi. Berkonsep Arsitektur Biofilik yang menitikberatkan kepada kenyamanan dan kesehatan pengguna bangunan yang terintegrasi dengan alam.
Sekretaris Desa Penanggungan, Trawas, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Yunita Afrilia mengatakan bahwa pihak Desa ingin tetap mempertahankan ekosistem lingkungan. Oleh karenanya Lembah Kecubung ini berkonsep agrowisata. 8 sumber mata air menjadi subjek dalam pengembangan ekowisata desa Penanggungan, Trawas, Kabupaten Mojokerto.
"Kita ingin menghidupkan wahana-wahana itu di Desa, sebagai sumber kekuatan Desa kami. Ini tanah TKD yang menyerupai lembah begitu, semangatnya sumber ini ingin kita lestarikan," katanya.
Lembah kecubung ini didesain dengan nuansa organik. Batu-batuan dijajar dapat menjadi tempat refleksi kaki. Sumber mata air kecubung menjelma terapi ikan. Kolam ikan di tengahnya menyerupai waduk buatan. Gubug kecil di tengahnya dibangun dari bambu alam desa setempat. Sumber mata air Kecubung juga menjelma petirtaan Lembah Kecubung.
Gubug Lembah Kecubung ini akan menjadi restoran organik. Pusat dari segala jenis hasil pertanian dan peternakan Desa Penanggungan. Oktober 2023 nanti, rencananya akan dilakukan launching secara resmi.
Lembah Kecubung ini memiliki luas 5.000 meter persegi. Wisata ini adalah wisata edukasi ekowisata. Mahasiswa, pelajar, aparatur pemerintahan, dapat menimba ilmu bagaimana potensi ekologi beriringan dengan wisata.
Areal parkir wisata ini mampu menampung 30 mobil dan 60 sepeda motor. Tarif parkir wisata ini adalah Rp 3 ribu untuk sepeda motor, dan Rp 6 ribu untuk roda empat. Tarif refleksi ikan hanya cukup Rp 5 ribu saja. Anda dapat menikmati refleksi ikan sepuasnya. (*)
Pewarta | : Thaoqid Nur Hidayat |
Editor | : Irfan Anshori |