TIMES JATIM, JOMBANG – Di sudut rumah sederhana di Jalan Wisnu Wardhana, Kelurahan Kaliwungu, Jombang, aroma cat akrilik dan tanah liat kering menyatu dengan aktivitas keseharian. 

Di tempat inilah Nina Novita (26) merangkai mimpi kecilnya, berawal dari kejengkelan sederhana yang berubah menjadi usaha kreatif bernilai ekonomi.

Keresahan itu tampak sepele: korek api yang kerap hilang entah ke mana. Namun bagi Nina, hal kecil itu justru memantik ide.

“Setiap mau pakai korek, pasti nggak ketemu. Dari situ kepikiran bikin tempatnya yang kokoh, tapi bahannya murah dan bisa dibentuk lucu-lucu,” katanya, Rabu (17/12/2025).

Dari keisengan tersebut, Nina mulai bereksperimen dengan berbagai bahan hingga akhirnya jatuh hati pada air dry clay, tanah liat siap pakai yang bisa mengering sendiri tanpa oven. Bahan ini dianggapnya ideal: kuat, ringan, dan mudah dibentuk sesuai imajinasi.

Proses pembuatan pun tidak sesederhana tampilannya. Korek api terlebih dahulu dibungkus aluminium foil sebagai cetakan. Clay kemudian dibentuk perlahan mengikuti kontur cetakan hingga menyerupai casing korek api.

“Setelah dibentuk, clay-nya harus dikeringkan beberapa jam. Kalau sudah keras, baru diwarnai pakai cat akrilik,” jelas Nina.

Sentuhan akhir menjadi tahap yang menentukan nilai estetika. Untuk tampilan mengilap, Nina menggunakan resin, meski prosesnya cukup menantang. Alternatifnya, vernis dipilih bagi pemula meski hasil kilapnya lebih lembut. Terakhir, sebuah besi kecil dipasang sebagai gantungan kunci.

Produk kerajinan ini kemudian dipasarkan dengan konsep custom by request. Setiap pembeli bebas menentukan warna, bentuk, hingga karakter yang diinginkan. Keunikan inilah yang membuat tempat korek api buatan Craft Minime memiliki daya tarik tersendiri.

Harganya pun relatif terjangkau, berkisar antara Rp50 ribu hingga Rp80 ribu per unit, tergantung tingkat kerumitan desain. Selain tempat korek api, Nina juga memproduksi asbak custom dengan harga mulai Rp65 ribu hingga Rp100 ribu.

Meski tidak memproduksi setiap hari, omzet yang diperoleh cukup menjanjikan. Dalam sebulan, Nina mampu meraup penghasilan sekitar Rp1,5 juta.

“Alhamdulillah, cukup buat nambah-nambah dan terus muter bahan,” ujarnya.

Pesanan datang tidak hanya dari Jombang dan sekitarnya, tetapi juga dari berbagai daerah lain. Pengiriman terjauh bahkan pernah sampai ke Bandung.

Semua pemasaran dilakukan secara mandiri melalui media sosial dan komunikasi langsung dengan pelanggan. Bagi Nina, usaha ini bukan sekadar soal uang. Ada kepuasan tersendiri ketika melihat karya tangannya digunakan orang lain.

“Setiap pesanan itu beda-beda. Rasanya senang kalau hasilnya sesuai harapan pembeli,” katanya.

Ke depan, Nina ingin terus mengembangkan produknya dan memperluas jangkauan pasar. Ia berharap Craft Minime bisa tumbuh menjadi usaha kecil yang berkelanjutan, bahkan membuka peluang kerja bagi orang lain.

Ia pun membagikan pesan sederhana bagi anak muda yang ingin memulai usaha.

“Kadang ide bisnis itu datang dari masalah kecil yang sering kita alami. Jangan takut mencoba, karena dari hal sederhana bisa lahir peluang besar,” tuturnya. (*)