TIMES JATIM, PACITAN – Jauh dari hiruk pikuk pusat kota, di kawasan perbukitan wilayah utara Kabupaten Pacitan, SMPN 3 Nawangan sedang menjalani perubahan besar.
Perubahan itu tidak tampak dari gedung atau pagar sekolah, melainkan dari cara belajar para siswanya. Kini, pembelajaran di sekolah tersebut telah bertransformasi ke arah digital.
Suasana kelas pun ikut berubah. Jika dulu pembelajaran identik dengan papan tulis dan metode ceramah, kini layar pintar menjadi pusat perhatian.
Siswa terlihat lebih aktif, terlibat, dan antusias mengikuti pelajaran. Teknologi perlahan menggeser cara lama, menghadirkan pengalaman belajar yang lebih interaktif dan menyenangkan.

Bagi para siswa, perubahan ini terasa nyata. Hafist, salah satu siswa SMPN 3 Nawangan, mengaku pembelajaran kini jauh lebih mudah dipahami. Materi yang disampaikan guru terasa lebih hidup dan tidak membosankan.
“Belajarnya jadi seru dan lebih gampang dimengerti. Walaupun pakai teknologi, materinya tetap sesuai kurikulum. Rasanya beda, tidak monoton,” ujar Hafist, Selasa (23/12/2025).
Perubahan cara belajar tersebut tidak lepas dari kehadiran Interactive Flat Panel (IFP) atau smart board di ruang-ruang kelas.
Perangkat ini merupakan bagian dari bantuan Presiden Prabowo Subianto untuk mendukung literasi digital, khususnya di wilayah yang selama ini kerap dianggap tertinggal dari akses teknologi.

Bagi pihak sekolah, kehadiran smart board bukan sekadar alat bantu mengajar.
Kepala SMPN 3 Nawangan, Anwar Qoriri, S.Pd., menyebut teknologi ini sebagai pintu yang membuka cakrawala baru bagi guru dan siswa.
“Dengan IFP ini, wawasan guru dan peserta didik berkembang sangat pesat. Anak-anak bisa melihat perkembangan dunia secara nyata dan real-time dari dalam kelas. Ini benar-benar lompatan besar bagi kami,” tutur Anwar.
Menurutnya, pembelajaran digital membantu siswa lebih mudah memahami konteks materi pelajaran. Visual, video, hingga akses informasi global membuat proses belajar terasa lebih relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Meski demikian, pihak sekolah menyadari bahwa transformasi digital bukan proses instan.
Program “Melek Digital” yang tengah dijalankan akan terus dievaluasi dan dikembangkan. Tujuannya agar pemanfaatan teknologi benar-benar optimal dan tidak sekadar menjadi pajangan di kelas.
Transformasi yang terjadi di SMPN 3 Nawangan menjadi gambaran bahwa digitalisasi pendidikan tidak hanya milik sekolah-sekolah di kota besar.
Di balik layar-layar cerdas di ruang kelas sederhana itu, masa depan generasi muda Pacitan sedang disiapkan. Tenang, konsisten, dan penuh harapan. (*)
| Pewarta | : Yusuf Arifai |
| Editor | : Ronny Wicaksono |