TIMES JATIM, SURABAYA – Tak banyak perguruan tinggi yang peduli terhadap masa pensiun atlet. Namun, Universitas Ciputra bersama KONI Jawa Timur memperhatikan hal tersebut dengan membuka UC Sportpreneur batch 6.
Muhammad Nabil, Ketua Umum KONI Jawa Timur menyatakan bahwa perjuangan para atlet harus diapresiasi, bukan hanya dengan memberikan hadiah namun juga dengan mempersiapkan masa pensiunnya.
“Masa pensiun atlet pada kisaran usia yang masih tergolong usia produktif yaitu 28-35 tahun. Di usia itu atlet sudah tidak bisa berkarya sebagai atlet lagi, sehingga penting untuk mempersiapkan atlet ini dengan pembekalan entrepreneurship sehingga mereka bisa tetap hidup layak,” terang Nabil, dikutip TIMES Indonesia, Kamis (14/11/2024).
Menurutnya, pengorbanan atlet sangat besar, rela berlatih keras dan menginggalkan masa remaja dan masa muda untuk terus fokus berlatih.
"Nah, saat pensiun nanti jangan sampai atlet ini bingung mau ngerjain apa. Mereka harus mampu mengolah dana yang mereka peroleh saat menjadi atlet menjadi modal usaha untuk kehidupan selanjutnya," jelasnya.
"KONI Jatim sejak tahun 2021 menggandeng Universitas Ciputra untuk membekali atlet melalui program UC Sportpreneur,” imbuhnya.
Sementara itu, Prof. Whidya Utami, Wakil Rektor 1 Universitas Ciputra menyebut, pihaknya telah mempersiapkan kurikulum UC Sportpreneur ini dengan seksama sehingga mudah dipahami, mengingat para atlet tentu awam perihal bisnis.
"Kami siapkan juga mentor dalam proses pelatihannya untuk mendampingi secara langsung. Para peserta juga kami ajak berkunjung dan belajar langsung pada pelaku bisnis yang sesuai dengan pilihannya, misalnya yang membangun bisnis F&B, kita ajak ke restauran milik alumni UC. Dengan demikian para peserta bisa merasakan secara langsung greget dalam bisnis ini,” ujar Utami.
“Tiap batch ada 12-16 kali pertemuan yang ditempuh sekitar 2 bulan,” sambungnya.
Dalam kesempatan yang sama, Yoseva Maria Pujirahayu Sumaji, Ketua Pelaksana UC Sportpreneur menjelaskan untuk batch 6 ini diikuti oleh kurang lebih 70 peserta yang terbagi pada kelas Start Up (bagi yang baru pertama mengikuti program ini) dan juga kelas Skill Up (sudah pernah ikut program ini di batch sebelumnya).
“Pada batch 1-5 hanya ada kelas Start Up, namun pada batch 6 kami buka kelas Skill Up untuk memfasilitasi peserta yang sudah lulus di batch sebelumnya dan sudah punya usaha untuk meningkatkan performa bisnisnya,” ungkap Yoseva.
Terdapat proses seleksi untuk menjadi peserta, menurutnya, hal ini ditujukan sebagai tolok ukur minat peserta mengikuti program UC Sportpreneur.
Lebih lanjut, Yoseva mengaku bahwa kendala yang dihadapkan adalah masalah kesesuaian waktu belajar dengan jadwal latihan, karena pembelajaran tersebut dikemas secara hybrid.
“Meski begitu, kami berharap para atlet siap memasuki masa pensiun dengan menjalankan bisnis bahkan dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar," tandasnya.
Pada kesempatan ini hadir beberapa atlet yang sudah sukses menjalankan bisnisnya, yaitu Eko Febrianto (mantan altet pencak Silat) dengan bisnis Lapak Juara Frozen Food. Dirinya membagikan perjalanan transisinya dari atlet menjadi entrepreneur, serta tantangan yang dihadapinya.
Senada, Larasati Sekar Indah Santoso (mantan altet Dayung) dengan bisnis Lafi Swimming Academy, Berbagi tentang pengalamannya dalam mengelola bisnis setelah menjadi atlet.
Serta, Nizam Umarushalih (mantan atlet pencak silat) dengan bisnis Jastip, juga membagikan bagaimana dirinya memulai bisnis dan memanfaatkan jaringan atlet untuk mendukung kewirausahaan. (*)
Pewarta | : Siti Nur Faizah |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |