TIMES JATIM, SURABAYA – Hampir dua tahun lamanya, sekolah di seluruh jenjang hingga perguruan tinggi di Indonesia melakukan metode pembelajaran jarak jauh. Tak lain penyebabnya adalah pandemi Covid-19.

Praktis, aplikasi layanan video conference seperti Zoom, Google Meet, Skype, Duo, dan lainnya massif digunakan sebagai ganti pertemuan secara langsung yang dibatasi.

Namun tahukah Anda, ternyata penggunaan teknologi video conference untuk pembelajaran jarak jauh pernah dilakukan di Indonesia jauh sebelum masa pandemi Covid-19. Tepatnya pada era Orde Baru, masa kepemimpinan presiden Soeharto.

Dalam video berdurasi 60 menit 24 detik itu terlihat presiden Soeharto tengah duduk bersama istri dan jajarannya menghadap ke sebuah layar besar. Pada layar tersebut nampak satu rombongan belajar siswa yang bersiap memberikan testimoni.

"Apakah penangkapan pelajaran dari gambarnya saja atau dari suaranya daripada penjelasannya?" tanya Sang Presiden memastikan. Salah seorang perwakilan siswa pun menjawab bahwa mereka mendapatkan keduanya, yakni suara dan gambar sehingga materi belajar dapat diterima dengan baik.

Soeharto juga nampaknya memahami betul kekurangan dari pembelajaran jarak jauh ini, sehingga ia menanyakan apakah siswa mendapat penjelasan lanjutan dari para guru. Sampai hari ini, penyampaian materi secara online masih dianggap lebih sulit dipahami.

Presiden yang berkuasa selama 32 tahun itu juga menyadari bahwa keberhasilan pembelajaran dengan metode ini membutuhkan ketekunan yang lebih ekstra dari para siswa. Apalagi teknologi yang digunakan pada saat itu terbilang mahal dan membutuhkan persiapan yang tidak mudah.

Belum diketahui secara pasti kapan tepatnya video tersebut diambil, namun yang jelas pada tahun 1980-an Indonesia di era Orde Baru pernah mencoba mengembangkan pembelajaran jarak jauh menggunakan transponder. Sebuah alat yang mampu menangkap dan mengirimkan sinyal dalam frekuensi tertentu menuju satelit Palapa milik Perumtel yang sekarang Telkom Indonesia. (*)