TIMES JATIM, MALANG – Tragedi bunuh diri seorang mahasiswa berinisial NFR (25) di Jembatan Soekarno-Hatta (Suhat) pada Jumat (28/11/2025) kembali mengguncang dunia pendidikan tinggi di Kota Malang.
Insiden yang diduga dipicu tekanan akademik, khususnya skripsi yang tak kunjung selesai, memunculkan perhatian serius dari Prof. Widodo, Rektor Universitas Brawijaya (UB).
Menurut Prof. Widodo, kasus tekanan mental pada mahasiswa bukan persoalan tunggal, melainkan berkaitan dengan pengalaman sosial generasi yang terdampak pandemi.
Ia menyebut selama hampir tiga tahun masa COVID-19, mahasiswa kehilangan ruang untuk berinteraksi, bersosialisasi, dan belajar membangun hubungan sosial yang sehat.
“Kita ini banyak mengalami proses pandemi. Anak-anak muda hampir tiga tahun tidak sekolah, sehingga hubungan sosialnya mengalami masalah. Saya kira itu inti permasalahannya,” ujarnya, di acara Sabda budaya 2025 FIB UB, Rabu (03/12/2025).
Prof. Widodo menegaskan UB sebenarnya memiliki berbagai saluran bantuan psikologis, termasuk unit konseling di tingkat universitas maupun fakultas.
Menurutnya, layanan tersebut bisa diakses secara langsung maupun online bagi mahasiswa yang sedang mengalami tekanan akademik maupun persoalan pribadi.
“Kita punya unit konseling. Mohon dimanfaatkan. Anak-anak bisa konsultasi langsung atau online,” tegasnya.
Terkait tekanan dalam proses penyusunan skripsi, ia memastikan pihak kampus akan melakukan evaluasi.
Ia telah meminta Direktorat Kemahasiswaan dan Wakil Dekan I di fakultas untuk meninjau lamanya proses skripsi mahasiswa dan mengidentifikasi kendala yang dialami.
“Kita akan evaluasi tahapan akademik termasuk lamanya skripsi. Jika ada kendala, mohon diperiksa dan melibatkan dosen pembimbing agar masalahnya jelas,” ungkapnya.
Prof. Widodo menyampaikan keprihatinan mendalam atas tragedi tersebut. Ia menilai persoalan kesehatan mental mahasiswa tidak bisa hanya dikaitkan dengan skripsi semata, namun merupakan persoalan multifaktor.
“Yang namanya manusia tidak semuanya mulus. Ada hambatan sana-sini. Relatif problem yang muncul tidak single. Tidak hanya skripsi saja tapi juga bisa keuangan, keluarga, pertemanan, dan lainnya,” jelasnya.
Sebelumnya, Kapolsek Lowokwaru Kompol Anang Tri Hananta menjelaskan bahwa NFR sempat mengungkapkan ketakutan akan di-drop out dan menuliskan wasiat kepada adiknya sebelum mengakhiri hidup.
Wasiat tersebut berisi permintaan maaf dan pesan untuk menjaga pendidikan, pertemanan, kebiasaan bermedia sosial, dan ibadah.
"Kasus ini menjadi alarm bagi ekosistem perguruan tinggi untuk memperkuat layanan kesehatan mental, pendampingan akademik, serta deteksi dini mahasiswa yang mengalami tekanan psikologis," ucapnya. (*)
| Pewarta | : Hainor Rahman |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |