TIMES JATIM, PACITAN – Suasana lapangan SMPN 2 Tulakan di Kabupaten Pacitan, Kamis (11/12/ 2025) lalu, mendadak berubah bak panggung para model bergengsi.
Bukan oleh desainer ternama, melainkan perwakilan siswa kelas VII, VIII, dan IX yang berlenggak-lenggok memamerkan kemilau wastra nusantara dalam ajang Fashion Show Batik Kreasi Jarik.
Kegiatan yang menjadi primadona dalam rangkaian class meeting akhir semester ini bukan sekadar ajang pamer busana. Lebih dari itu, acara ini merupakan manifestasi nyata dari upaya sekolah dalam mengawinkan kreativitas remaja dengan pelestarian budaya luhur bangsa.
Tema yang diusung kali ini menarik - 'Inovasi Jarik untuk Generasi Z'. Peserta ditantang untuk menyulap kain jarik yang biasanya identik dengan kesan kaku dan tradisional menjadi busana yang modis, inovatif, dan penuh karakter.
Almaysa Jenny dan Adila dari kelas 9A SMPN 2 Tulakan (FOTO: Titah For TIMES Indonesia)
Para siswa menunjukkan berbagai kreasi yang memukau. Ada siswa yang menyulap jarik menjadi outer modern bergaya asimetris, gaun pesta dengan aksen lipat yang rumit, hingga perpaduan gaya streetwear yang tetap menonjolkan motif batik khas daerah.
Setiap langkah para model dadakan ini diiringi sorak-sorai meriah dari rekan sekelas yang memberikan dukungan penuh.
Kepala SMPN 2 Tulakan, Gunawan, tampak tak bisa menyembunyikan rasa bangganya. Dia menegaskan bahwa sekolah memiliki peran vital dalam menjaga agar identitas budaya tidak tergerus zaman.
Ia mengaku sangat mendukung kegiatan positif ini, karena dapat menumbuhkan kreativitas dan kecintaan anak-anak pada budaya Indonesia.
"Kami ingin melihat anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang inovatif, namun tetap memiliki akar budaya yang kuat. Jarik ini adalah simbol kebersahajaan dan keindahan, dan hari ini mereka membuktikan bahwa budaya bisa tampil keren," ujarnya. Selasa (23/12/2025).
Tujuan utama dari kegiatan ini ada dua sisi dari pengembangan soft skill berupa kreativitas dan inovasi, serta penguatan karakter profil pelajar Pancasila yang mencintai kearifan lokal.
Batik bukan sekadar kain bermotif. Batik telah ditetapkan oleh Unesco sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009.
Di wilayah Pacitan, batik memiliki sejarah panjang dengan motif-motif yang terinspirasi dari alam sekitar, seperti motif pace (mengkudu). Penggunaan kain jarik dalam fashion show ini menjadi sangat relevan dengan filosofi jari.
Kata 'Jarik' memiliki filosofi Aja Gampang Sirik (jangan mudah iri hati), yang mengajarkan pengendalian diri. Kegiatan ini juga mengajarkan siswa bahwa kain tradisional memiliki nilai jual tinggi jika diolah dengan sentuhan inovasi mode.
Puncak acara yang paling dinantikan yakni pengumuman pemenang yang membuat suasana lapangan semakin tegang sekaligus meriah. Berdasarkan penilaian dewan juri yang menitikberatkan pada orisinalitas desain, keserasian kostum, dan penampilan di panggung, kelas IX A berhasil dinobatkan sebagai juara 1 berkat kreasi jarik mereka yang dinilai sangat inovatif dan berani.
Sementara itu, posisi juara 2 diraih oleh kelas IX B yang memukau juri dengan detail busana yang elegan dan sangat rapi.
Namun, lebih dari sekadar menang atau kalah, pesan utama dari SMPN 2 Tulakan Pacitan telah tersampaikan dengan jelas bahwa budaya Indonesia tidak akan lekang oleh waktu selama generasi mudanya berani berinovasi. (*)
| Pewarta | : Rojihan |
| Editor | : Ronny Wicaksono |