https://jatim.times.co.id/
Opini

Ekonomi Digital antara Utopia dan Distopia

Rabu, 05 Februari 2025 - 19:22
Ekonomi Digital antara Utopia dan Distopia Ahmad Fizal Fakhri, S.Pd., Assistant Professor at Uinsa, Activist, Media Team of Uinsa Postgraduate Program.

TIMES JATIM, SURABAYA – Era baru Indonesia dengan Information and Communication Technology (ICT) sebagai jantung utama perkembangan ekonomi dan daya saing negara. ICT tidak sekedar menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari saat ini, namun mengambil peran penting sebagai ruas utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi.

Lembaga Global Connectivity Index (GCI) memaparkan bahwa setiap kenaikan 20 persen investasi di sektor ICT menaikkan index produk domestic bruto (PDB) sebanyak 1 persen yang berdampak pada tumbuhnya ekosistem ekonomi digital. Akan tetapi, untuk menuju kesana beberapa hal harus dipenuhi seperti pembangunan infrastruktur jaringan, infrastruktur TI, serta infrastruktur yang terdigitalisasi.

Istilah ekonomi digital pertamakali di kenalkan Don Tapscrott pada tahun 1995 dalam bukunya yang berjudul The Digital Economy: Promise and Peril in the Age of Networked Intelegence. Dalam buku Don Tapscott dituliskan ada 12 karakteristik penting dari ekonomi digital meliputi Knowledgw, Digitazion, Virtualization, Molecularization, Internetworking, Disintermediation, Convergence, Innovation, Prosumption, Immediacy, Globalozation dan Discordance. Dalam bukunya, Don Tapscott menjelaskan bahwa ekonomi digital adalah sebuah sosiopolitik dan sistem ekonomi sebagai ruang intelejen.

Indonesia menduduki peringkat ke-6 secara global untuk jumlah startup dan memiliki jumlah startup inovatif terbanyak di ASEAN juga memiliki 15 unicorn dan 2 decacorn yang sudah melejit di internasional. Indonesia sudah menunjukkan progress yang sangat signifikan pada bidang digital. 

Dapat dlihat dari beberapa capaian di tingkat global meliputi World Digital Competitiveness Rangking yang mencatatkan progres pada peringkat 2 untuk Indonesia, dari peringkat 56 pada tahun 2019 naik menjadi peringkat ke-45 pada tahun 2023.

Namun disisi lain masih banyak tantangan dan PR yang masih perlu dikembangkan untuk kemajuan ekonomi digital di Indonesia seperti:

Pertama, Infrastruktur yang belum merata. Ketersediaan dan kualitas infrastruktur jaringan internet masih belum merata dirasakan oleh masyarakat. Terutama di daerah terpencil dan pulau-pulau terluar. Hal ini menghambat akses masyarakat terhadap layanan digital dan partisipasi mereka dalam ekonomi digital.

Kedua, Kesenjangan keterampilan digital. Tingkat literasi digital dan keterampilan masyarakat Indonesia masih perlu ditingkatkan. Banyak yang belum familiar dengan teknologi digital dan tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk berpartisipasi dalam ekonomi digital seperti penggunaan e-commerce, pembayaran digital dan pemasaran online.

Ketiga, Keamanan cyber. Ancaman kejahatan cyber seperti peretasan, pencurian data, penipuan online semakin meningkat seiring dengan berkembangnya ekonomi digital. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat dan pelaku bisnis untuk bertransaksi secara digital.

Keempat, Kesenjangan akses dan inklusi. Masih banyak ditemui kesenjangan akses terhadap layanan digital antara wilayah perkotaan dan pedesaan, serta antara kelompok masyarakat yang berbeda. Hal ini dapat memperlebar ketimpangan ekonomi dan sosial.

Kelima, Dampak sosial dan lingkungan. Perkembangan ekonomi digital juga memilki dampak sosial dan lingkungan yang perlu diperhatikan seperti disrupsi lapangan kerja tradisional, konsumsi energi yang meningkat dan limbah elektronik.

Oleh karena itu pemerintah maupun pelaku bisnis dan masyarakat perlu bekerja sama untuk mengatasi isu-isu ekonomi digital ini dengan beberapa upaya yang dapat dilakukan seperti mempercepat pembangunan infrastruktur internet yang merata di seluruh Indonesia, meningkatkan literasi digital dan keterampilan masyarakat melalui Pendidikan dan pelatihan, memperkuat regulasi terkait ancaman cyber dan perlindungan data pribadi, mendorong inovasi dan daya saing pelaku bisnis local, meningkatkan inklusi digital bagi seluruh lapisan masyarakat serta mengembangkan ekonomi digital yang berkelanjutan dan bertanggungjawab.

Perubahan minat konsumen ke pasar online yang mendasari munculnya berbagai macam gaya bisnis baru yang mempengaruhi pasar dan mengubah bisnis konvensional di berbagai sektor. 

Sektor bisnis dimana teknologi digital terintegrasi dalam operasional hariannya tersebut telah membentuk pola ekonomi digital. Bank dan perusahaan yang sangat cepat beradaptasi untuk memberikan layanan versi digital.

Perkembngan ekonomi digital diperkirakan menjadi semakin berprogres dalam mendorong pada sektor kemajuan ekonomi secara nasional. Gerak kemajuan perekonomian semakin masif dan tidak terbatas dengan memanfaatkan teknologi. 

Proyeksi ekonomi digital akan terus tumbuh sampai tahun 2030 yang tidak hanya melibatkan sektor bisnis besar, tapi juga UMKM dan sampai saat ini sudah ada 64 juta pelaku UMKM yang masuk ke dalam sistem digital. Sehingga diharapkan pertumbuhan dan pembayaran digital di Indonesia semakin meningkat. 

Dengan adanya ekonomi digital yang semakin berkembang dalam skala nasional bahkan internasional diharapkan adanya kerjasama dari semua pihak, sehingga Indonesia dapat mengatasi isu-isu ekonomi digital dan memaksimalkan potensi ekonomi digital untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Ekonomi digital Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi mesin pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Namun, untuk mewujudkan potensi ini, kita perlu mengatasi berbagai tantangan yang ada. Seperti infrastruktur yang belum merata, kesenjangan ketrampilan digital, keamanan cyber dan dampak sosial dan lingkungan menjadi perhatian serius.

Namun, dibalik tantangan diatas, terdapat peluang besar yang menanati untuk dioptimalkan. Indonesia memiliki pasar besar dan potensi pertumbuhan ekonomi digital yang sangat tinggi. 

Dengan mengatasi isu-isu  dan mengambil langkah strategis dari bebagai pihak. Indonesia dapat menciptakan ekonomi digital yang kondusif bagi pertumbuhan dan inovasi serta dapat memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia.

***

*) Oleh : Ahmad Fizal Fakhri, S.Pd., Assistant Professor at Uinsa, Activist, Media Team of Uinsa Postgraduate Program.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta : Hainorrahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.