https://jatim.times.co.id/
Opini

Menumbuhkan Sikap Menghargai Perbedaaan melalui Pendidikan

Kamis, 30 Januari 2025 - 16:34
Menumbuhkan Sikap Menghargai Perbedaaan melalui Pendidikan Wildan Pradistya Putra, Pendidik di Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) Malang.

TIMES JATIM, MALANG – Pendidik di Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) Malang “Semakin tinggi ilmu seseorang, maka semakin besar rasa toleransinya,” itulah kalimat dari K. H. Abdurrahman Wahid yang sering disapa Gus Dur, Presiden RI Keempat yang menitikberatkan pada toleransi. 

Pesan dari Gus Dur bukan tanpa alasan sebab masyarakat Indonesia memang terdiri dari bebagai agama, suku, ras, golongan, pekerjaan, dan pendidikan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, menghargai perbedaan dengan mengedepankan toleransi sangat diperlukan dalam kehidupan masyarakat era kini.

Sikap menghargai perbedaan tidak muncul dengan sendirinya tapi perlu diajarkan sehingga mengkristal menjadi karakter. Sekolah merupakan salah satu tempat terbaik mengajarkan sikap tersebut. 

Hal ini tidak terlepas dari siswa yang secara tidak langsung dituntut untuk memahami keberagaman di dalam kelas dengan karakter teman yang berbeda-beda. Bahkan, ada pula yang berbeda suku dan agamanya. Ada beberapa karakter yang didapatkan siswa di sekolah dalam upaya menghargai perbedaan.

Pertama, sekolah sebagai tempat siswa menumbuhkan sikap empati. Empati sangat berbeda dengan simpati. Dalam pengertiannya, empati adalah kemampuan seseorang untuk memahami apa yang dirasakan orang lain serta melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain, dan juga membayangkan diri sendiri berada di posisi orang tersebut. Sikap empati inilah yang yang mendorong siswa untuk membantu siswa lain yang sedang membutuhkan bantuan. 

Di samping itu, sekolah malalui program-programnya juga dapat mengajak siswa untuk berempati terhadap sesama. Hal ini misalnya dapat wujudkan dengan memberikan kesempatan siswa untuk melaksanakan program penggalangan dana untuk korban bencana alam. 

Siswa lah yang diajak untuk memberikan langsung kepada para korban bencana alam. Pengalaman langsung inilah yang akan menumbukan sikap empati yang lebih besar lagi.

Kedua, sekolah sebagai tempat siswa memperoleh sikap kolaboratif. Sekarang kita sudah memasuki era kolaborasi yang seharusnya sudah mulai di ajarkan sejak di bangku sekolah. Siswa dapat bekerja sama dengan siswa lain dalam satu kelompok untuk memecahkan masalah dan mengerjakan tugas. 

Dalam hal ini siswa diajarkan untuk menghargai perbedaan karena tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama. Siswa dapat belajar menerima dan saling membantu apabila ada siswa yang kesulitan.

Ketiga, sekolah sebagai tempat siswa memperoleh sikap jujur. Sikap jujur tidak dapat diajarkan dengan cepat. Namun, harus memerlukan proses dan waktu. Sekolah yang sejatinya tempat belajar siswa dari usia anak-anak hingga remaja dapat mengajarkan kejujuran kepada anak. 

Hal ini misalnya, siswa diajarkan jujur dalam mengerjakan ujian. Jujur dalam menyampaikan pendapat di kelas dan banyak kejujuran-kejujuran lainnya. Nilai-nilai kejujuran yang telah ditanam sejak dini inilah yang menjadi pondasi ketika mereka dewasa dan berinteraksi dengan orang lain.

Sekolah yang sejatinya tempat belajar anak dapat mengajarkan anak dalam menghargai perbedaan dan keberagaman. Hal itu dimulai lewat empat pilar tembok kelas dan program-program yang berada dilingkungan sekolah. Sikap empati, kolaboratif, dan kejujuran yang di dapatkan di sekolah dapat mereka implementasikan ketika benar-benar terjun di masyarakat. 

Sebab, negara Indonesia yang memiliki keberagaman harus dimaknai dengan pemahaman dan pengertian yang cukup di masyarakat. Jika itu terwujud, maka akan tercipta lingkungan yang tenang dan saling berdampingan. Itu semua dimulai dari pendidikan. 

***

*) Oleh : Wildan Pradistya Putra, Pendidik di Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) Malang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainorrahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.