https://jatim.times.co.id/
Opini

Dampak Doomscrolling dan Kesehatan Mental Pelajar

Selasa, 05 Agustus 2025 - 11:16
Dampak Doomscrolling dan Kesehatan Mental Pelajar M.A. Ghofur, S.Pd., S.A.P., Praktisi Jaring Asesmen Indonesia & Rengganis Indonesia Fundation. Serta Pendidik di SMP Negeri 2 Balung, Jember.

TIMES JATIM, JEMBER – Tiada hari tanpa menggulir layar. Sejak bangun tidur hingga menjelang mata benar-benar terpejam, pelajar masa kini akrab dengan ritual scrolling yang seolah sudah menjadi bagian dari rutinitas harian. Sekilas tampak sederhana, bahkan dianggap sebagai bentuk “me time” yang lumrah. 

Padahal, di balik kebiasaan sepele itu tersembunyi bahaya laten bernama doomscrolling, kecenderungan menyerap informasi negatif secara berlebihan di media sosial, yang jika terus dibiarkan dapat membawa dampak ekstrem pada kesehatan mental, konsentrasi belajar, dan karakter generasi muda. 

Pada awalnya para pelajar “dipaksa” dekat dengan gawai sebagai sarana belajar selama masa pandemi, namun pelan-pelan layar kecil itu berubah fungsi menjadi pintu menuju dunia penuh tragedi, gosip selebriti, keributan politik, konten film negatif, drama percintaan remaja yang tidak sesuai usia, hingga berita kriminal dan kekerasan yang menyeramkan. 

Paparan konten tanpa batas dan tanpa filter ini membuat batas antara dunia nyata dan virtual makin kabur. Pelajar bisa terlihat tenang di ruang kelas, tetapi batinnya sibuk memproses banjir informasi yang datang silih berganti yang mayoritas berisi kecemasan, amarah, dan sensasi.

Fenomena ini tumbuh subur sejak pandemi, ketika pembelajaran dialihkan menjadi daring. Para pelajar “dipaksa” dekat dengan gawai sebagai sarana belajar, namun pelan-pelan layar kecil itu berubah fungsi menjadi pintu menuju dunia penuh bahaya. 

Microsoft Digital Civility Index (MDCI) 2024 mencatat screen time remaja Indonesia berada di kisaran 7-9 jam per hari. Laporan tersebut juga menyoroti tingkat kesopanan digital di Indonesia yang berada di urutan ke-29 dari 32 negara yang disurvei. 

Ironisnya, sebagian besar waktu remaja tersebut bukan untuk belajar, melainkan habis tersedot dalam aktivitas scroll-scroll tanpa tujuan, dari satu berita buruk ke berita lainnya, hingga akhirnya terbiasa melihat hal negatif sebagai bagian dari rutinitas.

Secara psikologis, dampak doomscrolling pada pelajar patut diwaspadai. Paparan berita buruk terus-menerus memicu hormon stres, meningkatkan risiko kecemasan, depresi ringan, hingga burnout. 

Banyak guru mengeluhkan siswa yang tiba-tiba mudah panik, emosi tidak stabil, dan sering mengeluh “capek”, meski aktivitas fisik sangat minim. Kurangnya tidur akibat begadang scrolling membuat mereka sulit fokus saat belajar. 

Hasilnya, prestasi akademik menurun, motivasi belajar melemah, dan peserta didik menjadi lebih pasif sekaligus mudah menyerah. Jika terus dibiarkan, kita bukan hanya kehilangan minat baca dan kedisiplinan belajar di kalangan pelajar, tetapi menghadapi ancaman ekstrem lahirnya generasi cerdas secara teknologi namun rapuh secara mental.

Di sisi sosial, doomscrolling menjauhkan pelajar dari dunia nyata. Interaksi dengan keluarga berkurang, pertemanan nyata tergantikan oleh “teman algoritma”, dan mereka kian nyaman menyendiri. 

Fenomena ini membentuk remaja yang “connected but isolated”: aktif secara daring, tetapi semakin terasing di dunia nyata. Mereka bisa bercerita panjang lewat story Instagram, tetapi sulit berbicara tatap muka di kelas. 

Lebih jauh lagi, pola hidup pasif (rebahan), dikombinasikan dengan paparan emosi negatif nonstop, dapat menjadi bom waktu bagi kesehatan fisik dan psikis.

Salah satu cara efektif untuk memutus siklus doomscrolling yaitu dengan menyibukkan pelajar pada kegiatan konkret di dunia nyata. Sekolah perlu mendorong keterlibatan aktif siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti Pramuka, olahraga, seni, jurnalistik, hingga organisasi OSIS, PMR dan lainnya. 

Kesibukan positif tersebut bukan hanya memperkaya pengalaman sosial dan membangun karakter, tetapi juga mengalihkan waktu yang semula habis untuk scrolling menjadi aktivitas produktif yang menumbuhkan disiplin, tanggung jawab, keberanian, kerja sama, dan rasa percaya diri.

Langkah penanggulangannya tentu bukan dengan menjauhkan pelajar dari teknologi, sebab dunia pendidikan saat ini nyaris tidak bisa dilepaskan dari perangkat digital. Solusi efektifnya yakni juga melalui pendidikan literasi digital dan penanaman kesadaran mindful browsing sejak dini. 

Sekolah, guru, dan orang tua harus membimbing siswa mengatur screen time secara sehat, melakukan digital detox, serta mengisi hari dengan aktivitas produktif dan nyata, membaca, berdiskusi, berolahraga, berkarya, serta aktif di organisasi dan ekstrakurikuler sekolah. 

Pelajar juga perlu didorong untuk kurasi akun, hanya mengikuti konten informatif yang membangun, sekaligus membatasi paparan berita negatif yang menumpuk kecemasan.

Doomscrolling bukan lagi sekadar kebiasaan remeh, melainkan tantangan serius dunia pendidikan. Jika kita abai, maka dampaknya bisa ekstrem, dapat melahirkan generasi pelajar yang kehilangan rasa ingin tahu, terserang kecemasan kolektif, hingga krisis mental di usia sangat muda. Sebaliknya, jika diintervensi sejak dini, layar dapat menjadi jendela ilmu, bukan lubang resah tanpa ujung.

Mari selamatkan pelajar Indonesia dari jebakan doomscrolling, sebelum kebiasaan menggulir layar itu benar-benar menggulung masa depan mereka.

***

*) Oleh : M.A. Ghofur, S.Pd., S.A.P., Praktisi Jaring Asesmen Indonesia & Rengganis Indonesia Fundation. Serta Pendidik di SMP Negeri 2 Balung, Jember.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.