https://jatim.times.co.id/
Berita

Sulap Limbah Kayu Jati Tulungagung Disulap Menjadi Karya Seni Bernilai Ekonomi Tinggi

Rabu, 22 Februari 2023 - 16:29
Sulap Limbah Kayu Jati Tulungagung Disulap Menjadi Karya Seni Bernilai Ekonomi Tinggi Suryanto menunjukkan salah satu ukiran akar Jati karyanya. (Foto : Benny S/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, TULUNGAGUNG – Sering dipandang sebelah mata karena dianggap sebagai limbah, akar sisa tebangan pohon bisa menjadi sumber pundi-pundi rupiah yang nilainya cukup wah. Hal itulah yang sejak sekitar 10 tahun terakhir ini ditekuni oleh Suryanto, warga desa Bono, kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, yang secara otodidak membuat ukiran dengan memanfaatkan limbah akar kayu Jati.

Begitu memasuki halaman rumahnya yang asri dengan jejeran tanaman bonsai, banyak dijumpai akar kayu jati tua beraneka bentuk. Sedangkan di teras rumah dan ruang tamu, berjajar hasil karya Suryanto yang dibuat pajangan ataupun pesanan pelanggannya yang belum diambil. Beberapa karya terpajang antara lain ukiran ikan berukuran sekitar 1,5x1,5 meter, ukiran kepala naga, tokoh punokawan Semar, serta pertarungan tokoh pewayangan Bima dan Dewa Ruci.

Saat ditemui dirumahnya pada Selasa (21/2/2023) siang, Suryanto tengah menghaluskan bentuk ukiran akar Jati berukuran cukup besar bertema burung Hong. Dia mengaku ukiran burung Hong yang bisa menjadi tempat duduk tersebut adalah pesanan seseorang namun sudah lama tidak diambil.

Menurut Suryanto, agar menghasilkan karya ukiran akar kayu Jati yang berkualitas tidak boleh menggunakan sembarang bahan. Akar yang akan dijadikan bahan ukiran haruslah kayu tua dan sudah lama ditebang.

"Saya juga juga lebih suka menggunakan akar kayu Jati yang sudah erosi karena bentuknya akan semakin unik," kata Suryanto.

Suryanto mengatakan, hal yang paling sulit dalam pembuatan ukiran akar kayu ini adalah memadukan tema ukiran dengan bentuk bahan. Untuk menyelesaikan satu buah ukiran rata-rata dibutuhkan waktu antara 20 hari hingga satu bulan. Lamanya pengerjaaan tergantung ukuran dan tingkat kerumitan ukiran.

"Saya berusaha sesedikit mungkin membuang bahan agar bentuk alami akar kayu tetap terjaga. Dengan begitu ukiran akan terlihat lebih natural," tuturnya.

Selain mengerjakan ukiran akar Jati sesuai permintaan konsumen, tidak jarang Suryanto juga membuat karya sesuai dengan keinginanannya sendiri lalu dijual. Dalam membuat karya, dia mengaku lebih cenderung menonjolkan ekspresi tokoh  atau karakter dalam ukirannya. Dalam hal ini dia lebih suka membuat ukiran tokoh Punokawan khususnya Semar.

"Dengan menonjolkan ekspresi tokoh atau karakter tersebut masing-masing ukiran menjadi lebih bisa bercerita," ungkapnya.

Berkat ketrampilan Suryanto mengolah akar sisa potongan kayu Jati tersebut, barang yang semula kurang berharga menjadi bernilai ekonomi tinggi. Sebuah ukiran akar Jati karya Suryanto rata-rata laku terjual antara Rp2 juta hingga Rp7 juta, tergantung ukuran dan tingkat kesulitan pengerjaan. 

Selain membuat ukiran dengan memanfaatkan akar kayu Jati, pria kreatif ini juga sering bereksperimen membuat karya-karya unik lain berbahan kayu. Pada akhir tahun 2020 lalu dia berhasil membuat 2 sepeda kayu. Meski hampir 100 persen komponen sepeda terbuat dari kayu, namun sepeda kayu karya Suryanto ini bisa digunakan sebagaimana fungsi sepeda pada umumnya.

"Setiap kali saya pakai jalan-jalan selalu jadi pusat perhatian, banyak yang penasaran dan foto-foto," ungkap Suryanto.

Menurut Suryanto, bagian rangka sepeda unik ini dibuat menggunakan kayu bekas blandar atau balok kayu penyangga atap rumah. Roda depan dibuat dari akar kayu Jati yang dibentuk lingkaran sempurna, dengan diameter 1 meter dan diberi lapisan karet pada bagian luar.

"Namanya Spedok atau sepeda dokar, karena roda depan itu seperti roda dokar," ujarnya.

Suryanto mengaku sepeda dokar miliknya tersebut pernah ditawar orang dengan harga yang cukup fantastis. Satu sepeda sempat dihargai hingga belasan juta rupiah, namun ia tolak. Sampai dengan saat ini dia tidak berniat untuk menjual sepeda kayunya tersebut.

"Karena visi misi saya membuat sepeda kayu itu untuk mendorong yang lain berkarya dan ada komunitas sepeda kayu di Tulungagung, tapi sampai sekarang saya lihat belum ada yang membuat," pungkasnya.(*)

Pewarta : Beny Setiawan (MG-454)
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.