TIMES JATIM, JAKARTA – Israel sengaja menyerang gedung markas tempat berkumpulnya jurnalis di Lebanon tenggara. Akibatnya, tiga wartawan meninggal dunia, beberapa lainnya terluka, sejumlah kendaraan bertuliskan "Pers" hancur, begitu juga gedungnya.

Serangan yang disengaja itu dilakukan terhadap wisma tamu di sebuah kompleks di Hasbaya yang digunakan oleh lebih dari selusin wartawan dari sedikitnya tujuh organisasi media, dengan halaman yang penuh berisi mobil-mobil yang jelas-jelas bertanda "press".

Para jurnalis itu bekerja untuk lembaga penyiaran Al-Manar TV dan Al Mayadeen TV, yang mengeluarkan pernyataan penghormatan kepada karyawan mereka yang meninggal dunia.

Menteri Informasi Lebanon mengatakan, serangan itu disengaja dan menggambarkannya sebagai "kejahatan perang".

Tapi militer Israel selalu berdalih mereka menargetkan struktur Hizbullah.

Jurnalis yang meninggal dunia oleh kekejaman tentara Israel itu adalah operator kamera, Ghassan Najjar dan Ir. Mohamed Reda dari saluran berita pro-Iran, Al Mayadeen, serta operator kamera, Wissam Qassem dari Al-Manar yang berafiliasi dengan Hizbullah.

Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan tiga orang lainnya terluka akibat ledakan itu.

Lima wartawan meninggal dunia dalam serangan Israel sebelumnya di Lebanon, termasuk jurnalis Reuters, Issam Abdallah.

Rekaman yang disiarkan oleh TV Al-Jadeed - yang jurnalisnya juga berada di gedung itu menunjukkan sebuah bangunan yang telah dibom dengan atap yang runtuh dan lantai yang tertutup puing-puing.

Sebuah kendaraan yang digunakan untuk siaran TV terbalik, antena parabolanya hancur berantakan dengan kabel di dekatnya.

"Semua pihak resmi diberi tahu bahwa rumah ini digunakan sebagai rumah singgah bagi wartawan. Kami berkoordinasi dengan mereka semua," kata seorang wartawan Al-Jadeed yang tubuhnya dipenuhi debu beton dalam siaran langsung sambil terengah-engah dan batuk.

Jurnalis Lebanon yang meliput konflik di bagian selatan negara itu harus pindah dari Marj'youn ke Hasbaya, karena lokasi sebelumnya menjadi terlalu berbahaya.

Dalam sebuah pernyataan beberapa jam setelah insiden tersebut, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan mereka telah menyerang sebuah bangunan militer Hizbullah di Hasbaya dari tempat "teroris beroperasi".

"Insiden tersebut menunjukkan bahwa kedekatan dengan "infrastruktur teroris menimbulkan bahaya,"  kata kepolisian.

Ditambahkan, beberapa jam setelah peristiwa itu, juga ada laporan wartawan telah dipukuli tentara, dan insiden ini juga sedang ditinjau

"Hari ini, berdasarkan informasi intelijen, IDF (tentara) menyerang struktur militer Hizbullah di Hasbaya," kata militer pihak militer Israel.

"Beberapa jam setelah pemogokan, laporan diterima bahwa jurnalis telah dipukuli," katanya lagi.

Militer Israel mengatakan, bahwa serangan yang menyebabkan tiga wartawan di Lebanon selatan itu meninggal dunia "sedang ditinjau," dengan alasan bahwa serangan itu menargetkan militan Hizbullah.

"Serangan itu dilakukan saat para teroris berada di dalam bangunan itu," tambahnya.

"Beberapa jam setelah serangan itu, laporan diterima bahwa wartawan telah terkena serangan selama serangan itu. Insiden itu sedang ditinjau."

Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati menuduh Israel sengaja menargetkan para jurnalis dalam apa yang disebutnya sebagai "kejahatan perang" yang "bertujuan untuk meneror media guna menutupi kejahatan dan kehancuran."

Israel memperluas fokusnya ke Lebanon bulan lalu, setelah hampir setahun berperang di Gaza yang dipicu oleh serangan Hamas,.

Israel kemudian meluncurkan kampanye pengeboman besar-besaran yang menargetkan sebagian besar benteng Hezbollah di seluruh negeri dan mengirim pasukan darat pada tanggal 30 September lalu. (*)