TIMES JATIM, BANYUWANGI – Perempuan sering disebut sebagai makhluk lemah lembut yang butuh perlindungan, karena fisik perempuan dianggap tidak sekuat laki-laki. Jika dunia memandang perempuan adalah makhluk yang lemah, hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Seiring berkembangnya zaman juga digelorakannya emansipasi wanita, pekerjaan lelaki pun bisa dilakukan oleh perempuan. Operator alat berat misalnya.
Industri pertambangan merupakan dunia kerja yang identik dengan karakter maskulin, secara alamiah pekerjaan dalam sektor itu lebih cocok untuk kaum laki-laki. Tidak hanya dihubungkan dengan gender, para pekerja tambang juga diasosiasikan sebagai bentuk pengambilan pekerjaan yang berisiko tinggi, kotor, dan membahayakan lagi-lagi yang lebih pas dengan karakter maskulin.
Pada kenyataannya, sampai saat ini memang sebagian besar kalangan khususnya masyarakat di Indonesia masih mempunyai sudut pandang bahwa posisi operator alat berat pertambangan, seperti dump truck, merupakan pekerjaan yang identik dengan laki-laki karena memiliki risiko tinggi.
Desynta Eka Fitriani, operator alat berat ADT 745 di Tambang Emas PT Bumi Suksesindo. (FOTO: dok. TIMES Indonesia)
Pada perkembangannya beberapa dekade belakangan ini, dump truck semakin banyak digunakan sebagai peralatan angkut dalam operasional pertambangan menggantikan truk-truk kecil karena dinilai lebih produktif dan efisien. Pekerjaan sebagai operator dump truck memiliki fenomena tersendiri, karena apabila kita amati sekilas memang dalam mengoperasikan terlihat sangat santai secara fisik walaupun pada kenyataannya untuk menjadi seorang operator harus mengikuti pelatihan yang ketat dan memiliki fisik dan mental yang prima.
Desynta Eka Fitriani namanya. Gadis belia asal Dusun Rejoagung, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, itu sudah dua tahun mengambil peran menjadi operator alat berat di perusahaan tambang emas PT Bumi Suksesindo (BSI).
Setiap harinya, milenial perempuan itu mengoperasikan articulated dump truck (ADT) 745 yang berguna untuk mengangkat ore dengan kapasitas yang tak main-main, yakni 40 ton.
Alumnus SMAN 1 Pesanggaran ini bergabung menjadi karyawan PT BSI melalui program Green Operator Training yang diadakan oleh operator tambang emas anak perusahaan PT Merdeka Copper Gold Tbk, tersebut.
Green Operator Training merupakan program pelatihan kerja (on job training) bagi calon operator alat berat dan diperuntukkan bagi pemuda-pemudi sekitar perusahaan yang tentu tidak memiliki pengalaman sebagai operator sebelumnya. Dalam hal tersebut, PT BSI memberikan kesempatan bagi perempuan untuk menjajal profesi ini.
Menurut data Departemen Sumber Daya Manusia PT BSI, dengan melalui seleksi yang cukup panjang dan ketat, dari ratusan pendaftar terpilihlah enam orang pendaftar dengan rincian tiga laki-laki dan tiga perempuan. Salah satunya adalah Desynta.
Perempuan yang sekaligus sebagai seorang penari tradisional itu mengaku senang . Dengan antusias ia bercerita pada waktu itu pekerjaan yang sebelumnya ia geluti sedang terhenti karena imbas dari pandemi Covid-19. Maka momen itupun merupakan kesempatan emas untuk menapaki karir. Maka setelah dinyatakan lolos, ia pun mantap dan bersungguh untuk mengikuti pelatihan tersebut.
“Ingin mencoba hal baru karena perempuan juga bisa berlatih mengoperasikan alat berat dan menjadi operator yang kompeten,” katanya pada TIMES Indonesia, Kamis (27/10/2022).
Desynta melanjutkan, bahwa ia dan lima teman lainnya mengikuti program pelatihan selama enam bulan. Namun ternyata tak semudah itu, banyak materi pelatihan yang harus benar-benar dikuasai oleh peserta Green Mining Operator untuk lulus menjadi karyawan tetap di PT Bumi Suksesindo.
Akhirnya, dengan usaha dan tekad yang kuat, Desynta pun berhasil lolos bersama kelima teman green operator seangkatannya.
Pada awalnya, para green operator ini harus didampingi instruktur saat mengoperasikan ADT. Itulah faktor lain yang membuat Desynta merrasa nyaman bekerja di lingkungan tambang PT BSI. Karena tidak ada diskriminasi dari rekan kerja khususnya para operator senior yang semuanya didominasi oleh laki-laki. Menurut Desynta, walaupun sebagai minoritas, ia tetap diterima dan dihargai sebagai operator perempuan.
Hal itu mematahkan ketakutan Desynta sebelumnya. Dengan wajah murung ia bercerita bahwa sempat terbersit kekhawatiran dalam benaknya ketika harus bekerja di lingkungan kerja yang dikesankan banyak orang sebagai pekerjaan laki-laki. Raut wajahnya berubah seketika, ia menyampaikan bahwa ketika sudah menjalaninya, ternyata hal itu salah, dan ia lega karena kekhawatiran itupun tidak terbukti.
“Mereka membantu saya jika sedang mengalami kesulitan dalam hal pekerjaan,” tuturnya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ella Dwi Safitri, green operator seangkatan Desynta yang berasal dari Dusun Pancer.
“Walaupun satu kru hanya ada satu perempuan, mereka bisa menciptakan suasana kerja yang sangat hangat penuh kekeluargaan,” katanya.
Sebagai informasi, operator di BSI dibagi menjadi tiga kru. Setiap kru terdiri atas 70 hingga 75 orang. Semuanya laki-laki kecuali tiga operator perempuan alumni program Green Operator Training.
Sejak menjadi operator, Ella merasa keterampilan dan pengetahuannya tentang dunia tambang terus bertambah. Wawasannya semakin terbuka karena bisa bersosialisasi dengan banyak orang dari berbagai suku.
“Para senior selalu memberi support yang baik, arahan yang membangun, contohnya yaitu bagaimana menyikapi keadaan yang baru, saya diajari untuk tetap tenang, fokus, dan tentu hati-hati,” ucapnya.
Baik Desynta maupun Ella sepakat, berkat mengikuti program Green Operator Training, selain menambah wawasan, mereka bisa membantu perekonomian keluarga.
Mereka bangga karena banyak yang tidak percaya kalau perempuan-perempuan seperti mereka setiap harinya mengoperasikan alat berat berukuran raksasa, karena dirasa mereka tidak mampu, namun mereka bisa mematahkan stigma itu.
Sementara itu, Senior Manager External Affairs PT BSI, Bambang Wijonarko menjelaskan, program Green Operator Training sangat strategis bagi perusahaan.
Karena menjadi bagian dari pengembangan sumber daya manusia di sekitar lokasi tambang sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan. Dia berharap tanggung jawab sosial perusahaan berdampak positif bagi masyarakat.
Masih Bambang, program sosial perusahaan diwujudkan dalam delapan bidang pengembangan dan pemberdayaan masyarakat (PPM), yaitu pendidikan, kesehatan, tingkat pendapatan riil atau pekerjaan, kemandirian ekonomi, sosial dan budaya, lingkungan, kelembagaan komunitas, dan infrastruktur.
“Sepanjang 2021, BSI mengeluarkan 35 miliar rupiah lebih untuk realisasi program-program PPM,” kata Bambang.
Program-program PPM masih terus berjalan hingga hari ini. Selain melaksanakan program-program regular, tim dari perusahaan sedang menyelesaikan program-program khusus, seperti pembangunan jalan, bedah rumah, pemasangan lampu penerangan jalan, hingga dukungan terhadap pedagang mikro di areal wisata sekitar perusahaan. (*
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Desynta, Gadis Cantik Operator Alat Berat Tambang Emas PT Bumi Suksesindo
Pewarta | : Syamsul Arifin |
Editor | : Muhammad Iqbal |