https://jatim.times.co.id/
Berita

Pameran 1st Annual Art & Artifact Exhibition, Hobi Mahal Old Money Mengoleksi Benda Seni

Rabu, 25 September 2024 - 23:29
Pameran 1st Annual Art & Artifact Exhibition, Hobi Mahal Old Money Mengoleksi Benda Seni Koleksi artefak langka warisan leluhur ditampilkan dalam Pameran 1st Annual Art & Artifact Exhibition The Secret of Archipelago di Resto Nine Surabaya hingga 30 Oktober 2024, Rabu (25/9/2024). (Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, SURABAYA – Kebanyakan orang kaya lama alias old money memiliki minat tinggi terhadap barang seni langka bernilai tinggi. Benda antik ini seakan menjadi pamor dan simbol keningratan tersendiri.

Kepemilikan hasil cipta rasa karsa adiluhung nan langka tersebut menguatkan sebuah paradigma, bahwa memang benar adanya jika kolektor benda antik bukanlah orang kaya baru. 

Kolektor rela menebus dengan harga tinggi demi memiliki sebuah artefak warisan leluhur. Daya tarik artefak memang berbeda daripada benda koleksi bermerek yang mudah didapat dan dijumpai. Belum tentu benda peninggalan sejarah ini mempunyai kembaran bahkan sebagian telah hilang musnah ditelan bumi.

Fenomena tersebut juga terjadi pada orang-orang kaya di China. 

"Konon seorang filsuf mengatakan, Anda belum menjadi orang kaya di China jika belum menyimpan satu artefak langka dari porselen Tiongkok," terang Noor Ibrahim, Founder NIMCA Museum Yogyakarta, Rabu (25/9/2024).

Noor Ibrahim, mengungkap bagaimana kaum ningrat bangsawan kelas atas secara turun temurun memperlakukan benda kuno seperti anak sendiri. Mereka juga kerap  membangun museum pribadi seperti di luar negeri.

"Banyak private museumdi luar negeri yang mengoleksi benda bersejarah," kata perupa asal Yogyakarta yang telah melanglang buana berpameran dari Itali hingga Daratan Antartika, Islandia.

Menariknya, sejumlah warisan leluhur Nusantara tersimpan di sana. Sebut saja Tropenmuseum dan Rijkmuseum Belanda. 

Pemburu barang antik internasional dan private museum hingga museum-museum negara di seluruh dunia, terus memburu sisa peninggalan sejarah masa lampau dari Indonesia. 

"Saya memahami sebagai seniman yang kebetulan mencintai artefak. Jadi saya tahu betapa barang-barang kita ini keluar terus, dalam hati kecil menangis," tutur pria kelahiran Magelang itu.

Noor-Ibrahim.jpgNoor Ibrahim, Founder NIMCA Museum Yogyakarta, Rabu (25/9/2024).(Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)

Ia berharap lalu lintas perdagangan barang antik warisan moyang bangsa menuju lintas negara ini tidak berlarut-larut terjadi. Agar Indonesia memiliki benang merah jejak historis secara akurat melalui keberadaan artefak sebagai fondasi kedaulatan dan kebanggaan.

"Bayangkan kalau misalnya generasi muda di masa datang kalau ingin mengetahui artefak Nusantara dia harus pergi ke Tropenmuseum, Rijkmuseum Belanda atau museum di Eropa, Prancis, New York, Berlin," ujarnya. 

Maka, ia berharap pecinta seni terutama kolektor harus memahami betul kekayaan ini sebagai langkah pelestarian budaya dan citra diri.

"Mereka bisa memiliki, mengoleksi dan memamerkan sehingga barang itu tidak akan pergi ke luar," tandasnya.

Keberadaan private museum di Indonesia sendiri terbilang masih sangat sedikit. Karena pemeliharaan juga membutuhkan modal besar. Hanya golongan tertentu yang mampu mengoleksi artefak sehingga kepemilikan terhadap barang-barang ini menjadi sebuah prestisius tersendiri. Ia pun membandingkan jumlah museum di Indonesia dan China yang sangat  berbeda jauh.

"Bayangkan di China saja ada 30 ribu museum," katanya.

Museum, sebuah etalase penting pembelajaran masa lalu itu merupakan tujuan utama para pelancong saat berwisata.

Demikian pula harapan seorang Noor Ibrahim, Pendiri NIMCA Museum Yogyakarta yang saat ini tengah menggelar Pameran 1st Annual Art & Artifact Exhibition The Secret of Archipelago di Resto Nine Surabaya.

"Maka dalam Pameran The Secret of Archipelago ini, rahasia Nusantara perlu kita bicarakan," kata Noor Ibrahim sembari Noor menunjukkan sejumlah artefak dari ujung timur negeri ini. 

Artefak telah menjadi sumber asal usul peradaban. Nusantara dengan 300 etnis yang tersebar di ribuan pulau dan enam ratusan bahasa, tentu menyimpan jutaan artefak yang harus diselamatkan dan dikoleksi oleh anak-anak bangsa ini.

Keterlibatan kolektor yang rela merogoh kocek dalam-dalam merupakan contoh konkret betapa artefak bukanlah benda koleksi musiman. Pemerintah dalam hal ini museum nasional ia harapkan semestinya juga peka terhadap sisa peninggalan sejarah. Bahkan di Belanda, benda-benda itu terawat dengan apik. 

Tak lupa ia mengajak para kolektor Surabaya mengunjungi Pameran 1st Annual Art & Artifact Exhibition The Secret of Archipelago di Resto Nine untuk menemukan kembali sebuah arti kekayaan dan simbol kejayaan sejati. Sebab karya seni tak ternilai harganya apalagi jika sangat langka. 

"Surabaya jangan sampai kering akan seni budaya. Banyak orang sukses dan kaya di Surabaya. Tetapi ciri khas dari orang yang kaya itu mencintai, mengoleksi barang-barang yang langka, barang-barang yang istimewa," ungkapnya. 

Pameran yang berlangsung hingga 30 Oktober 2024 ini menghadirkan berbagai karya seni dan artefak yang mencerminkan keindahan dan keragaman budaya. Mulai dari patung kayu khas Dayak, topeng ritual, hingga lukisan kontemporer. 

Salah satunya adalah topeng ritual yang disebut Hudoq, yang sering digambarkan dengan wajah babi, monyet, dan burung elang. Topeng tersebut juga telah menjadi perayaan festival bagi suku Dayak di Kalimantan. (*)

Pewarta : Lely Yuana
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.