TIMES JATIM, JOMBANG – Selain belajar ilmu agama dan menghafalkan Al-Quran, Santri Pondok Pesantren Tahfidul Quran Al-Muanawiyah, Ceweng, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang juga dibekali ilmu enterpreneurship berbasis digital.
Hal itu dituangkan dalam 'Workshop Pesantrenpreneur Berbasis Digital' yang diikuti oleh 50 santri. Selama 3 pertemuan para santri akan didik untuk mengikuti pelatihan Fotografer, Influencer, dan jurnalistik.
Pada pelatihan ini juga spesial bagi para santri. Pasalnya, pada pembukaan itu dihadiri langsung oleh M. Asrorun Ni'am Sholeh yang merupakan Deputi Pengembangan Pemuda Kemenpora RI.
Dalam sambutannya, M. Asrorun Ni'am Sholeh juga memberikan semangat pada santri untuk menekuni dunia entrepreneur digital. Menurutnya, belajar enterpreneurship merupakan panggilan kenabian.
50 lebih santri ikuti Workshop Pesantrenpreneur Berbasis Digital di Pesantren Tahfidul Quran Al-Muanawiyah, Jombang, Selasa (20/12/2022). (FOTO : Rohmadi/TIMES Indonesia)
"Jadi wirausaha itu panggilan kenabian. Mengapa seperti itu karena selain belajar agama, belajar ngaji fiqih tapi juga ngaji sugih (kekayaan)," kata Ni'am kepada puluhan santri yang mengikuti pelatihan, Selasa (20/12/2022).
Lelaki kelahiran Nganjuk, 31 Mei 1976 menerangkan bukan berarti hidup di dunia untuk mencari harta benda duniawi saja. Namun, Islam juga mengajarkan agar orang muslim harus kaya agar mudah untuk beribadah.
"Bahkan untuk menuntaskan rukun Islam kita juga membutuhkan harta seperti zakat, dan ibadah haji. Kalau tidak punya harga apakah bisa. Maka santri sudah benar selain diajari pondasi agama yang kuat santri harus bisa menjadi wirausaha," terangnya.
Apalagi, menurut mantan ketua KPAI di era modern serba teknologi ini peluang usaha semakin banyak dan mudah untuk dikembangkan. Dunia digitalisasi menuntut untuk mengikuti perkembangan jaman.
"Selain pinter ngaji, santri harus pinter digitalisasi. Manfaatkan sosial media dan kecanggihan teknologi sekarang untuk menuai pundi-pundi uang," paparnya.
Sementara itu, A. Mu'ammar Sholahuddin pengasuh Pondok Pesantren Tahfidul Quran Al-Muanawiyah mengungkapkan di era society 5.0 sudah menjadi sebuah kewajiban bagi siapapun untuk tahu dan mengerti tentang dunia digital.
A. Mu'ammar Sholahuddin pengasuh Pondok Pesantren Tahfidul Quran Al-Muanawiyah Jombang. (FOTO : Rohmadi/TIMES Indonesia)
Santri sebagai pioner dan harapan bangsa Indonesia dimasa depan tak boleh ketinggalan. Pesantren sekarang sudah berbeda generasi, dimana jihad sekarang bukan lagi melawan penjajah. Namun, jihad digital justru lebih dibutuhkan saat ini.
"Mungkin dulu amal sholehnya santri bekerja di sawah, namun sekarang santri bisa amal sholeh di dunia digital," terangnya.
Ia berharap santri lulusan dari pesantren yang ia pimpin saat ini bisa menyerap dua ilmu sekaligus yakni ilmu dunia dan ilmu akhirat. "Jadi konsep yang dibangun di pesantren ini bagaimana santri bisa mengimplementasikan ilmu agama dan ilmu dunia agar selama dunia dan akhirat," jelasnya.
Sedangkan untuk mencapai target santri enterpreneurship pesantren telah membuka kelas khusus multimedia setiap hari jum'at. "Kami fasilitasi laptop dan komputer yang setiap hari Jum'at sudah mulai berjalan. Jadi kami pengen setiap santri punya akun media sosial untuk dakwah konten kreator," harapnya.(*)
Pewarta | : Rohmadi |
Editor | : Irfan Anshori |