TIMES JATIM, PACITAN – Pers itu ibarat kopi. Jika diseduh dengan baik, ia menghangatkan dan mencerdaskan. Jika kebanyakan gula, malah jadi meninabobokan. Begitulah kira-kira suasana Tasyakuran Hari Pers Nasional (HPN) di Pendopo Kabupaten Pacitan, Selasa (25/2/2025).
Acara yang dihelat Forum Pewarta Pacitan (FPPa) ini bukan sekadar seremonial, melainkan juga ruang refleksi bagi insan pers yang, katanya, pilar keempat demokrasi.
Wakil Bupati Pacitan, Gagarin Sumrambah, yang didapuk membacakan sambutan Bupati Indrata Nur Bayuaji, menegaskan pentingnya pers yang profesional, berimbang, dan bertanggung jawab.
“Terima kasih untuk rekan-rekan jurnalis yang telah berkontribusi dalam pembangunan daerah melalui pemberitaan yang edukatif dan konstruktif,” ujar Gagarin, sembari mengingatkan bahwa pers bukan hanya pengabdi klik dan viral belaka.
Tema HPN tahun ini, “Pers Mengawal Ketahanan Pangan untuk Kemandirian Bangsa,” sejatinya menarik.
Tapi di Pacitan, selain merayakan hari jadi pers, ada juga sarasehan soal "Menjaga Etika Pelaku Media dalam Membangun Kepercayaan Publik di Era Digital."
Asesor lembaga uji kompetensi wartawan dari Unitomo Surabaya, Muhammad Aminun Jabir, tampil membedah tema dengan nada yang tegas.
“Jurnalis itu harus paham kode etik, jangan asal comot berita lalu disajikan seperti gorengan murahan,” katanya.
Ia juga menyinggung soal uji kompetensi wartawan, yang katanya bisa jadi cermin. "Apakah wartawan sudah sesuai standar atau sekadar ‘ikut-ikutan nulis berita’?," tegasnya.
Tapi yang lebih penting, katanya, bukan sekadar perayaan, melainkan bagaimana pers tetap menjaga idealisme di tengah derasnya arus informasi.
Di era digital, di mana berita bisa tersebar lebih cepat dari desas-desus di warung kopi, menjaga kepercayaan publik adalah tugas berat.
"Pers harus tetap tajam, tapi tak asal tebas. Kritis, tapi tak memprovokasi. Sebab, kalau pers kehilangan etikanya, maka ia bukan lagi pilar demokrasi, melainkan sekadar papan iklan yang bisa disewa siapa saja," jelas Jabir.
Sementara itu, Ketua Panitia Penyelenggara, Yusuf Arifai, pun turut memberikan apresiasi. “Dukungan dari banyak pihak membuat perayaan HPN 2025 kali ini sukses,” tandasnya.
Menariknya, selama acara berlangsung, siswi SLB YKK Pacitan juga unjuk kebolehan seni tari Perik Samodro. Meski dengan hambatan pendengaran, Wulan Citra Lestari dan Mahacinta Putri Ayuri tetap epik menyuguhkan keindahan yang bikin penonton tercengang.
Selain itu, tari Pesona Jawa Timur dari SMKN 2 Pacitan, dan Jaipong Tanjung Baru SMAN 1 Pacitan juga tak kalah menarik menyuguhkan bakat dan kreasinya memeriahkan puncak Hari Pers Nasional 2025. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Puncak Hari Pers di Pacitan Dirayakan dengan Sarasehan hingga Ingatkan Etika Jurnalistik
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Deasy Mayasari |