TIMES JATIM, MALANG – Mantan Direktur PT Schneider Indonesia yang kini menjabat sebagai Commercial Advisor di perusahaan yang sama, Yuli Sartono, berhasil meraih gelar doktor dalam bidang Ilmu Administrasi Bisnis melalui Program Doktor di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya (UB).
Disertasi Yuli berfokus pada solusi untuk mempercepat adopsi Industri 4.0 di Indonesia, dengan judul penelitian “Pengaruh Digital Trust, Self Efficacy, dan Attitudes terhadap Perceive Value dan Intention to Adopt Industri 4.0 dimoderasi oleh Uncertainty Avoidance”.
Penelitian ini dilakukan dengan studi kasus di PT Schneider Indonesia, tempat Yuli berkarya selama lebih dari 30 tahun. Yuli menggunakan data primer dari kuesioner terhadap 189 responden, yang dianalisis menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan perangkat AMOS versi 26.
Dalam disertasinya, Yuli menyoroti lambatnya adopsi Industri 4.0 di Indonesia. Ia menemukan bahwa ekosistem digital yang mendukung adopsi Industri 4.0 memerlukan komponen-komponen penting seperti digital trust (kepercayaan digital), self-efficacy (keyakinan diri), dan sustainable attitude (sikap berkelanjutan). Ketiga faktor ini, menurut Yuli, sangat mempengaruhi niat perusahaan untuk menerapkan Industri 4.0.
“Disertasi ini memberikan syarat-syarat adopsi Industri 4.0, yaitu dengan variabel kepercayaan digital, keyakinan diri, dan sikap berkelanjutan. Ketiga faktor ini saling mempengaruhi, sehingga niat untuk mengadopsi Industri 4.0 dapat berjalan dengan lancar dan selaras dengan tujuan keberlanjutan,” jelas Yuli.
Menurut Yuli, transformasi menuju pabrik cerdas atau pabrik digital sangat penting untuk mendukung target pemerintah menciptakan 30 juta lapangan kerja baru pada tahun 2030.
“Tanpa transformasi ke arah pabrik cerdas, kita tidak akan mampu bersaing dengan negara lain. Pabrik yang masih tradisional akan kesulitan mengejar ketertinggalan,” tambahnya.
Ia mengungkapkan bahwa implementasi Industri 4.0 tidak memerlukan biaya besar atau penutupan pabrik, tetapi membutuhkan komitmen kuat dari manajemen perusahaan.
Sebagai perusahaan yang ditunjuk oleh World Economic Forum sebagai lead host Industri 4.0 pada tahun 2019, PT Schneider Indonesia di Batam dan Cikarang menjadi contoh nyata pabrik cerdas yang berhasil. Yuli berharap model pabrik ini dapat diadopsi secara luas oleh industri lainnya di Indonesia.
Yuli mengungkapkan bahwa saat ini baru sekitar 50 perusahaan di Indonesia yang telah mengadopsi Industri 4.0, angka yang masih jauh dari harapan. Tantangan terbesar adalah keraguan dari manajemen perusahaan.
“Data menunjukkan bahwa 80% perusahaan belum berencana untuk melakukan transformasi digital. Banyak yang masih ragu karena hasilnya belum jelas,” ungkapnya.
Dalam disertasinya, Yuli menekankan bahwa transformasi digital sebenarnya sangat sederhana jika didukung dengan komitmen manajemen dari level tertinggi hingga yang paling bawah.
Sidang promosi doktor Yuli Sartono digelar di Universitas Brawijaya pada Jumat (1/11/2024), dengan dipimpin oleh Dekan FIA UB, Prof. Drs. Andy Fefta Wijaya, MDA, PhD. Disertasi Yuli dibimbing oleh tim promotor yang terdiri dari Prof. Dr. Endang Siti Astuti, M.Si, Dr. Wilopo, MAB, dan Dr. Teuku Noerman, MM, serta diuji oleh sejumlah pakar, termasuk Prof. Dr. Hamidah Nayati Utami, M.Si., Mohammad Iqbal, S.Sos, M.IB, DBA, Prof. Dr. M. Al Musadieq, MBA, dan Prof. Drs. Ec. Ir. Riyanarto Sarno, M.Sc., Ph.D sebagai penguji eksternal.
Keberhasilan Yuli Sartono ini tidak hanya menambah deretan akademisi berprestasi dari UB tetapi juga diharapkan memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan Industri 4.0 di Indonesia. Disertasinya diharapkan dapat memotivasi lebih banyak perusahaan untuk bertransformasi menuju Industri 4.0 demi meningkatkan daya saing industri Indonesia di kancah global. (*)
Pewarta | : Achmad Fikyansyah |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |