TIMES JATIM, SIDOARJO – Suasana di kawasan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, masih dipenuhi lampu-lampu sorot alat berat pada jumat (3/10/2025) malam
Di tengah kesibukan tim SAR yang bekerja tanpa lelah, satu ambulans dari Poliklinik Polresta Sidoarjo tampak perlahan meninggalkan lokasi membawa jenazah korban ke-9 yang baru saja berhasil dievakuasi, Jumat (3/10/2025) malam.
Mobil ambulans berwarna hitam itu melaju pelan di antara kerumunan petugas dan relawan. Di dalamnya, tubuh jenazah seorang santri yang belum teridentifikasi dibaringkan dengan penuh hormat.
Kasi Dokkes Polresta Sidoarjo AKP Ruwandi mengatakan, jenazah tersebut dievakuasi setelah tim gabungan berhasil menyingkirkan material beton dari reruntuhan bangunan musala pesantren. Prosesnya berlangsung penuh kehati-hatian karena kondisi puing yang masih tidak stabil.
“Korban ke-9 berhasil ditemukan malam ini oleh tim SAR. Kami segera mengevakuasinya dan membawanya menggunakan ambulans Poliklinik Polresta Sidoarjo menuju Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim,” kata AKP Ruwandi, sabtu (4/10/2025).
Di rumah sakit Bayangkara Polda Jatim jenazah kemudian diserahkan kepada tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri untuk proses identifikasi lebih lanjut.
“Mohon waktu agar proses identifikasi berjalan lancar. Kami berdoa semoga segera diketahui identitasnya, agar bisa dikembalikan kepada keluarganya,” papar AKP Ruwandi.
Diberitakan sebelumnya Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto menyampaikan bahwa hingga hari keenam proses pencarian korban runtuhnya bangunan tiga lantai Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, masih terdapat 49 santri yang dinyatakan hilang.
“Per hari ini, berdasarkan data yang kami miliki, masih ada 49 orang yang belum ditemukan. Mudah-mudahan pencarian hari ini bisa membuahkan hasil lebih banyak,” kata Suharyanto di lokasi pencarian, Sabtu (4/10/2025).
Ia menjelaskan, lambatnya proses identifikasi korban bukan karena kurangnya upaya, melainkan karena prosedur yang harus ditempuh secara cermat oleh tim Disaster Victim Identification (DVI) dan Inafis Polri.
Setiap jenazah yang ditemukan, kata Suharyanto, tidak langsung diserahkan kepada keluarga, melainkan dibawa terlebih dahulu ke RS Bhayangkara Polda Jawa Timur untuk proses identifikasi.
“Proses identifikasi memerlukan waktu. Karena itu, kami imbau keluarga menunggu di RS Bhayangkara. Di sana sudah disiapkan tempat yang lebih layak dan logistik memadai, agar mereka bisa menunggu dengan lebih tenang,” jelasnya.
Pencarian Difokuskan di Titik-Titik Potensial Keberadaan Korban
Sejak Jumat malam, tim SAR gabungan memfokuskan pencarian di beberapa titik yang diduga kuat masih terdapat korban. Pembersihan dilakukan secara masif dengan menggunakan alat berat.
“Tim sudah memetakan area-area yang kemungkinan besar masih ada korban. Setelah pembersihan selesai, mudah-mudahan bisa segera ditemukan,” papar Suharyanto.
"Alat berat, dump truk, dan crane dikerahkan di lokasi untuk mempercepat proses. Pencarian dilakukan siang dan malam atau 24 jam dengan menyesuaikan kondisi di lapangan," Sambungnya
Terkait dinamika di lapangan, Suharyanto menepis isu adanya kericuhan atau protes dari keluarga korban. Menurutnya, sebagian besar keluarga inti telah mendapatkan penjelasan dan terus berkoordinasi dengan tim SAR sejak hari pertama.
“Kalau orang tua atau wali santri yang anaknya menjadi korban, semua sudah kami komunikasikan sejak awal. Setiap langkah pencarian dilakukan dengan sepengetahuan dan persetujuan keluarga,” tegasnya.
Namun, ia mengakui adanya segelintir pihak yang baru datang ke lokasi setelah beberapa hari berlalu dan belum memahami kondisi di lapangan.
“Kemarin sempat diberitakan seolah terjadi keributan warga . Padahal hanya ada dua orang yang baru datang, mengaku kerabat korban, dan belum mengetahui situasi sebenarnya. Semua sudah bisa dijelaskan dengan baik dan clear,” tegasnya.
BNPB memastikan seluruh kegiatan pencarian dan evakuasi korban terus dievaluasi setiap hari agar lebih efektif. Suharyanto pun meminta masyarakat tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang belum terverifikasi.
“Tentu dalam situasi seperti ini ada kekurangan dan kendala. Namun setiap hari kami evaluasi untuk memperbaikinya. Kami mohon dukungan doa masyarakat agar proses ini bisa segera selesai,” katanya.
Ia menegaskan, fokus utama tim gabungan adalah evakuasi korban di reruntuhan bangunan.
“Kami berharap semua pihak bisa memberi ruang bagi tim untuk bekerja dengan tenang. Jangan sampai energi tim tersita oleh hal-hal di luar pencarian, karena prioritas kita adalah kemanusiaan,” pungkasnya.(*)
Pewarta | : Rudi Mulya |
Editor | : Faizal R Arief |