TIMES JATIM, SURABAYA – Ruang Instalasi Kedokteran Forensik RS Bhayangkara menjadi saksi bisu perjuangan tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jatim. Mereka bekerja keras mengidentifikasi 16 jenazah korban robohnya musala di Ponpes Al Khoziny. Di luar, puluhan keluarga korban menanti dengan cemas, berharap kabar baik segera datang.

Kombes Pol M. Khusnan, Kabiddokkes Polda Jatim, mengakui proses identifikasi ini rumit. Sebagian besar korban adalah santri berusia 12-17 tahun yang belum memiliki data sidik jari atau rekam gigi sebagai standar identifikasi.

"Kami sangat memohon kepada keluarga untuk mengirimkan data, seperti foto terakhir atau rekam medis gigi, untuk mempercepat proses," ujarnya, Sabtu (4/10/2025).

Saat ini, tes DNA menjadi satu-satunya cara valid. Namun, proses ini butuh waktu hingga dua minggu. Khusnan juga merasakan duka keluarga.

"Kami juga berduka. Yang bisa kami lakukan adalah secepat mungkin korban ini teridentifikasi," tambahnya.

Di antara keluarga yang menunggu, ada Rohmawati, yang sejak Senin lalu tak kunjung mendapat kepastian tentang nasib adik sepupunya, Zaky Yusuf (13). Rohma datang ke RS Bhayangkara setelah mendapat kabar jenazah korban dibawa ke sana.

"Disuruh ke sini soalnya jenazahnya katanya ke sini semua. Sambil nunggu labnya, sudah pendataan sama sudah diambil tes darahnya," ujar Rohmawati. 

Ia dan keluarganya sudah mengumpulkan sampel DNA dan kini hanya bisa pasrah dengan kondisi Zaky, berharap semua proses bisa berlangsung cepat.

Kisah Rohmawati adalah gambaran nyata dari penantian penuh ketidakpastian. Mereka ikhlas menerima takdir, namun berharap proses identifikasi bisa segera selesai agar duka ini tak berlarut-larut. (*)