TIMES JATIM, BANYUWANGI – Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur melalui Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Wilayah Banyuwangi, mengambil langkah proaktif untuk mengoptimalkan pemenuhan bahan baku. Langkah ini diwujudkan dengan menjembatani antara perusahaan industri kayu dengan Kelompok Tani Hutan (KTH).
Dalam hal ini, CDK Wilayah Banyuwangi menggelar fasilitasi Perjanjian Kerjasama (PKS) terkait pemenuhan bahan baku kayu antara PT. Sumber Alam Santoso Pratama (SASP) dengan KTH Gumuk Lestari Desa Temuasri, Kecamatan Sempu dan KTH Bayu Lestari Desa Bayu, Kecamatan Songgon.
Perjanjian PKS yang dilaksanakan di lokasi industri PT. SASP, Desa Karangsari, Kecamatan Sempu pada Senin, (16/6/2025) itu, merupakan solusi tepat dalam mengatasi ketimpangan antara potensi hasil hutan rakyat dan kebutuhan bahan baku industri pengolahan kayu di wilayah Banyuwangi termasuk di Situbondo.
Berdasarkan data, Kepala CDK Wilayah Banyuwangi, Purwadhi. S.Hut. MM, menjelaskan, potensi hutan rakyat mencapai 42.913,43 hektar, dengan volume produksi hasil hutan kayu (HHK) sebesar 313.745,16 meter kubik. Namun, dari 34 pelaku Perizinan Berusaha Pengolahan Hasil Hutan (PBPHH), kapasitas produksi tahunan yang seharusnya mencapai 423.889 meter kubik, hanya mampu direalisasikan sekitar 31,67 persen dalam tiga tahun terakhir, yakni sebesar 134.233,37 meter kubik.
“Ini menjadi pekerjaan rumah bersama. Oleh karena itu, fasilitasi kemitraan antara pelaku industri dan petani hutan seperti ini sangat strategis untuk menjawab kebutuhan bahan baku, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat pengelola hutan” katanya, Rabu (18/6/2025).
Purwadhi berharap, Kerjasama antara PT. SASP dan dua KTH ini mampu mendorong perbaikan rantai pasok industri serta meningkatkan nilai ekonomi hasil hutan rakyat.
“Diproyeksikan, nilai transaksi ekonomi (NTE) dari HHK hasil kemitraan ini diperkirakan mencapai Rp.1,58 miliar per tahun dan berpotensi menembus Rp.13,63 miliar dalam kurun waktu lima tahun,” paparnya.
Lebih dari sekadar menjamin keberlanjutan industri, kolaborasi ini juga membawa manfaat ekologis yang signifikan. Dimana dengan melalui praktik pemanenan lestari dan penanaman kembali oleh KTH, kemitraan ini secara langsung turut mendukung target penurunan emisi karbon Provinsi Jawa Timur tahun 2025 - 2029.
Kepala CDK Banyuwangi juga menyampaikan bahwa fasilitasi serupa diharapkan bisa direplikasi oleh perusahaan veneer dan plywood lain di wilayah Banyuwangi, baik yang berada di dalam maupun luar kawasan hutan.
“Dengan semangat kolaboratif, upaya ini menjadi tonggak awal bagi integrasi antara keberlanjutan industri dan kelestarian hutan rakyat,” harap Purwadhi. (*)
Pewarta | : Syamsul Arifin |
Editor | : Imadudin Muhammad |