TIMES JATIM, PROBOLINGGO – Sebanyak 51 perguruan tinggi berbasis pesantren membentuk asosiasi, untuk memperkuat jejaring antar perguruan tinggi pesantren di Jawa Timur, Sabtu (18/1/2025). Pembentukan dilakukan di Aula 1 Ponpes Nurul Jadid, Paiton, Kabupaten Probolinggo.
Asosiasi dibentuk menjelang peringatan Hari Lahir ke-102 Nahdlatul Ulama atau Harlah NU di Ponpes Nurul Jadid, Jumat (24/1/2025) nanti. Serta Rapat Kerja Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, sehari setelahnya.
Rektor Universitas Nurul Jadid atau Unuja Probolinggo, KH Abdul Hamid Wahid, dipilih menjadi Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Berbasis Pesantren.
Asosiasi antara lain beranggotakan Universitas Nurul Jadid, Universitas Islam KH Mukhtar Syafaat, Universitas Al-Falah Assuniyah, Universitas KH A. Wahab Hasbullah, Universitas Darul Ulum, Universitas Ibrahimy Situbondo, Universitas Islam Zainul Hasan, dan Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum.
Kemudian Universitas Hasyim Asy’ari, Universitas Darul Ulum Lamongan, Universitas Islam Syarifuddin, Universitas Annuqayah Guluk Guluk, Universitas Islam Tribakti Lirboyo Kediri, dan Universitas Abdul Chalim Pacet Mojokerto.
Asosiasi ini dibentuk sebagai wadah resmi untuk mempertemukan perguruan tinggi pesantren dalam rangka menyusun kebijakan bersama. Kemudian melaksanakan program strategis, serta berbagi pengalaman dalam menghadapi tantangan pendidikan di era modern.
“Asosiasi ini diharapkan menjadi motor penggerak transformasi pendidikan pesantren di Indonesia, dengan tetap berpegang pada nilai-nilai keislaman yang menjadi identitas kita,” kata KH Abdul Hamid Wahid.
Figur yang juga kepala Ponpes Nurul Jadid ini menambahkan, kolaborasi antar perguruan tinggi berbasis pesantren sangat penting untuk mencetak generasi emas yang siap menghadapi tantangan global pada tahun 2045.
Sebagai langkah awal, asosiasi ini telah menyusun beberapa agenda strategis. Termasuk penyelenggaraan konferensi, pelatihan, dan publikasi ilmiah, untuk meningkatkan kualitas pendidikan pesantren.
Asosiasi ini juga berkomitmen untuk mendorong digitalisasi pendidikan pesantren, memperkuat penelitian berbasis pesantren, dan mengembangkan program pemberdayaan masyarakat yang aplikatif.
Sebagai bagian dari kegiatan ini, seminar bertajuk “Inovasi Perguruan Tinggi Pesantren untuk Indonesia Emas 2045: Kolaborasi dan Transformasi Unggul Berbasis Pesantren” juga diselenggarakan.
Seminar ini menghadirkan Direktur Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Dirjen Pendis Kemenag RI, Basnang Said.
Seminar bertujuan untuk memperkuat sinergi dalam pengembangan program pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat yang relevan dengan kebutuhan zaman.
Perkuat Sinergi Hingga Digitalisasi Pendidikan Pesantren
Melalui wadah asosiasi, perguruan tinggi pesantren bertekad untuk mencapai sejumlah tujuan penting. Utamanya, memperkuat sinergi dan kolaborasi antar perguruan tinggi pesantren.
Kemudian mengembangkan program pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat yang relevan, mendukung digitalisasi pendidikan pesantren untuk meningkatkan efektivitas dan jangkauan pendidikan, serta meningkatkan kualitas lulusan perguruan tinggi pesantren agar kompetitif.
Ruang lingkup kegiatan asosiasi ini mencakup pembentukan struktur organisasi dan penyusunan rencana strategis, penyelenggaraan konferensi, pelatihan, dan publikasi ilmiah, serta pelaksanaan program kolaboratif untuk pengembangan pendidikan pesantren.
Wakil Rektor III Unuja Probolinggo, Hasan Baharun menyampaikan, pembentukan asosiasi merupakan langkah penting untuk memastikan bahwa pendidikan pesantren terus relevan dan mampu bersaing di era modern.
Pembentukan Asosiasi Perguruan Tinggi Berbasis Pesantren merupakan upaya nyata dalam menjawab tantangan pembangunan bangsa yang semakin kompleks.
Asosiasi tidak hanya menjadi wadah komunikasi, tapi juga menjadi motor penggerak inovasi pendidikan berbasis pesantren yang siap berkontribusi bagi kemajuan bangsa menuju Indonesia Emas 2045. (*)
Pewarta | : Muhammad Iqbal |
Editor | : Muhammad Iqbal |