TIMES JATIM, MALANG – Tingkat pengangguran terdidik di Kota Malang masih berada di kisaran 7 persen. Pemkot Malang pun menghadapi tantangan besar untuk mendorong keterhubungan antara dunia pendidikan dengan sektor industri, agar lulusan perguruan tinggi dapat terserap lebih optimal.
Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat mengatakan, ketimpangan antara jumlah lulusan dan ketersediaan lapangan kerja masih menjadi persoalan utama di kota yang memiliki julukan Kota Pendidikan ini.
“Kota Malang memiliki banyak perguruan tinggi dan setiap tahun melahirkan lulusan baru. Namun kapasitas pasar kerja belum mampu mengimbangi jumlah tersebut. Karena itu kami rutin menggelar job fair untuk menjangkau para pencari kerja berpendidikan tinggi,” ujar Wahyu, Sabtu (1/11/2025)
Menurutnya, kondisi serupa juga dialami sejumlah daerah lain yang menjadi pusat pendidikan. Meski begitu, Wahyu menilai tren pengangguran terbuka di Malang menunjukkan perbaikan.
“Pengangguran terbuka turun dari 6,1 persen menjadi 5,8 persen,” ungkapnya.
Sementara itu, pengangguran terdidik bertahan di angka 7,3 persen. Wahyu menegaskan perlunya langkah konkret untuk menyelaraskan kebutuhan industri dengan kompetensi lulusan.
“Kami akan terus memperkuat program link and match agar kesenjangan kompetensi dapat ditekan, baik secara horizontal maupun vertikal,” tegasnya.
Ia juga mencermati munculnya tren baru di kalangan lulusan perguruan tinggi, dimana banyak yang kemudian memilih terjun ke sektor informal seperti kreator konten dan pekerjaan berbasis digital lainnya.
“Itu tetap pekerjaan, hanya saja tidak termasuk sektor formal,” katanya.
Melalui pelaksanaan Ngalam Idrek Job Fair dan berbagai program peningkatan kualitas tenaga kerja, Pemkot Malang menargetkan angka pengangguran terus menurun hingga di bawah 6 persen, sebagaimana arah pembangunan dalam RPJMD.
“Itu target yang harus kita capai selama masa kepemimpinan saya,” ucapnya. (*)
| Pewarta | : Rizky Kurniawan Pratama |
| Editor | : Faizal R Arief |