TIMES JATIM, PROBOLINGGO – Pengurus Cabang Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri atau Kopri Probolinggo, Jatim, mengelar Sekolah Kader Kopri atau SKK ke-IV, Jumat hingga Minggu (14-16/2/2025).
Berlangsung di Balai Latihan Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kabupaten Probolinggo, SKK ke-IV mengusung tema “Rekonstruksi Kaderisasi dalam Mengawal Kebijakan Berbasis Gender.”
Pembukaan dilangsungkan di Aula Mal Pelayanan Publik. Dihadiri Ketua Umum Kopri PB PMII, Wulan Sari Aliyatus Solikhah; Ketua Umum Kopri PKC PMII Jawa Timur, Zumrotun Nafisah; dan Ketua Majelis Pembina PC PMII Probolinggo, Siti Romlah.
Pengurus Ikatan Alumni PMII Probolinggo, Moh Ilyas; Ketua Umum PC PMII Probolinggo, Abdul Rozak; dan Ketua Kopri PC PMII Probolinggo, Emi Badriatur Rif'ah, turut hadir bersama perwakilan dari PCNU Kabupaten dan Kota Probolinggo.
Emi mengatakan, sebagai organisasi perempuan, Kopri harus mampu konsisten mengawal gerakan perempuan di Indonesia. Upaya itu hanya bisa dilakukan dengan adanya proses kaderisasi yang baik.
Ia menyatakan, kaderisasi di tubuh Kopri dirancang adaptif dan responsif terhadap isu-isu gender. Agar dapat memperkuat kapasitas kepemimpinan perempuan.
"Saya sangat berharap forum ini menjadi tempat berproses yang baik. Belajar bagaimana memperjuangkan keadilan gender di berbagai lini kehidupan," ujarnya ketika pembukaan SKK IV.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Majelis Pembina PC PMII Probolinggo, Siti Romlah berharap agar kopri harus selalu berdampingan dan berkolaborasi dalam menjalankan perannya.
"Kopri harus bisa mengisi semua lini dengan kemampuannya, dengan ide-idenya, tunjukkan bahwa kita mampu. Kader Kopri harus mampu berkiprah utamanya di masyarakat dengan terus berkolaborasi," katanya.
Beradaptasi dengan Perkembangan Zaman
Ketua Kopri PKC PMII Jawa Timur, Zumrotun Nafisah, menyoroti pentingnya kader beradaptasi dengan perubahan zaman. Serta menghadapi tantangan dengan percaya diri.
"Di tengah disrupsi transformasi digital, kita harus mampu beradaptasi dan menghadapi perubahan. Karena teknologi saat ini tidak bisa dibendung, kader PMII harus tetap percaya diri dan tidak berkecil hati dalam menghadapi tantangan,” ujarnya.
Menurutnya, kader PMII harus punya pemikiran progresif dan mampu menjawab tantangan zaman dengan inovasi. Perkembangan teknologi harus dijadikan peluang untuk memperkuat gerakan kader perempuan, agar lebih efektif dalam menyuarakan isu-isu strategis.
“Kita tidak boleh hanya jadi penonton di era digital ini. Harus mampu menggunakan teknologi sebagai alat perjuangan dan menyebarkan nilai-nilai ke-Islamaan serta kebangsaan dengan cara yang kreatif,” terangnya.
Meski demikian, perempuan yang biasa disapa Icha ini juga menekankan pentingnya kepemimpinan berbasis spiritual (spiritual leadership). “Ini harus dimiliki setiap kader dalam menghadapi tantangan zaman,” katanya.
Punya Kesadaran Kritis
Sementara itu, Ketua Umum Kopri PB PMII, Wulan Sari Aliyatus Solikhah menekankan, kader perempuan harus memiliki kesadaran kritis terhadap kebijakan-kebijakan di lungkungan sosialnya.
Ia juga mendorong kader Kopri lebih aktif dalam menyuarakan kepentingan perempuan di berbagai lini kehidupan.
“Jadi, kader Kopri harus berani berbicara, harus bisa menempatkan diri dalam berbagai forum untuk membela hak-hak perempuan dan memperjuangkan keadilan. Jangan hanya menjadi pelengkap, tapi harus menjadi aktor perubahan,” tegasnya.
Selain itu, ia berharap melalui kegiatan seperti SKK, kader Kopri semakin memahami pentingnya kolaborasi dalam gerakan mahasiswa.
“Jangan pernah merasa sendiri dalam pergerakan. Kita semua berada dalam satu barisan yang sama untuk mewujudkan perubahan yang lebih baik lagi,” katanya. (*)
Pewarta | : Muhammad Iqbal |
Editor | : Muhammad Iqbal |