TIMES JATIM, MALANG – Suasana nan intim, damai, dan rukun terasa kental di Pondok Pesantren dan Rehabilitasi Mental Malang pada Jumat malam (14/2/2025). Ratusan orang dari berbagai latar belakang agama, suku, dan ras berkumpul dalam satu harmoni untuk mengikuti pengajian dan istighotsah rutin yang diselenggarakan oleh Ponpes Az-Zaini yang didirikan oleh KH Zain Baik atau yang akrab disapa Gus Zain.
Acara ini tidak hanya menjadi ajang memperdalam ilmu agama, tetapi juga menunjukkan nilai-nilai toleransi dan persaudaraan antarumat beragama. Malam itu, di atas panggung, Gus Zain didampingi oleh berbagai tokoh lintas agama dan lintas sektor. Seperti Kepala Kantor Imigrasi Malang, Anggoro Wijanarko, General Manager PT Lesaffre Sari Nusa, Frans Djokosurono, petinggi TNI dan Kepolisian, serta perwakilan dari Pertapaan Karmel Ngadireso Poncokusumo Malang.
Bahkan, beberapa pemuda, pengusaha, sekalihus tokok asal Papua yang merupakan sahabat dari Gus Zain turut hadir dalam acara itu. Diantaranya Jo Rambo Manurung, Rey Manurung, dan Titus Natkime.
Berbeda dari biasanya, kali ini pengajian di Ponpes Az-Zaini dikemas dalam konsep "Ngaji Bisnis". pembicaranya spesial, yaitu Direktur TIMES Indonesia, Sri Widji Wahyuning Utami, yang membagikan wawasan mengenai dunia usaha dan bisnis, utamanya yang telah dikembangkan oleh Ponpes Az-Zaini.
Dalam paparannya, Naning menjelaskan bahwa Ponpes Az-Zaini tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga mengelola berbagai unit usaha sebagai pilar ekonomi yang menopang kebutuhan operasional pesantren dan umat.
"Gus Zain adalah sosok kiai yang jeli dalam melihat peluang usaha. Ia berhasil menciptakan terobosan bisnis yang tidak hanya menopang pondok pesantren tetapi juga memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar," ujar Naning.
Salah satu contoh konkret dari inovasi bisnis yang dilakukan Gus Zain adalah pengembangan budidaya alpukat unggulan. Dengan lahan seluas 2 hektare, ia berhasil membudidayakan alpukat hasil pemuliaan dari alpukat jenis Pameling yang memiliki kelemahan, seperti kandungan air yang tinggi sehingga mudah busuk dan mempunyai rasa yang hambar.
Setelah jerih payahnya, dua tahun kemudian akhirnya alpukat tumbuh segar menjadi tiga jenis alpukat unggulan, yakni Aligator, Marcus, dan Colombus. Alpukat-alpukat ini memiliki ukuran besar dengan berat mencapai 1,5 kg per buah serta rasa yang lebih lezat dibandingkan jenis sebelumnya.
Ngaji Bisnis ini bukan sekadar ajang berbagi ilmu, tetapi juga bertujuan untuk memotivasi para jamaah agar memiliki pola pikir wirausaha yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan.
"Kami ingin memberikan wawasan kepada jamaah bahwa bisnis bukan sekadar mencari keuntungan, tetapi juga bisa menjadi jalan untuk mencapai kemuliaan. Dengan bekerja keras dan beribadah dengan baik, kita bisa meraih keberkahan dalam hidup," tutur Gus Zain.
Selain membahas tentang bisnis, Gus Zain juga menekankan pentingnya membangun relasi yang baik dengan siapa pun, tanpa memandang perbedaan agama, suku, atau ras.
"Jangan melihat perbedaan sebagai sekat yang memisahkan, tapi jadikan itu sebagai kekuatan untuk membangun persaudaraan. Di pesantren ini, kita belajar untuk saling menghormati dan menjunjung tinggi kebersamaan," tegasnya.
Di akhir pengajian, Gus Zain menyampaikan pesan penting kepada jamaah tentang faktor keberhasilan dalam hidup. "Ada dua orang yang bisa menyebabkan kita berhasil dalam hidup. Pertama adalah orang tua kandung kita, dan yang kedua adalah istri kita. Jika kita bisa berbakti kepada orang tua dan memperlakukan istri dengan baik, maka jalan menuju kesuksesan akan terbuka lebar," ujarnya.
Pesan ini disambut dengan antusias oleh para jamaah yang hadir. Banyak yang terinspirasi dan termotivasi untuk lebih menghargai peran keluarga dalam perjalanan hidup mereka.
Tokoh pemuda sekaligus pengusaha asal Papua, Jo Rambo Manurung dalam kesempatan itu mengaku senang dengan pengajian sekaligus unit usaha yang dijalankan oleh Ponpes Az-zaini. Dia mengaku sangat terinspirasi dengan apa yang dilakukan oleh Gus Zain, yang peduli terhadap orang-orang yang selama ini tidak diperhatikan.
Dalam bisnisnya, dia tidak hanya melihat bagaimana kepintaran manajemen dan produksi yg dilakukan pengelola Az Zainy tetapi juga mengedepan prinsip keberkahan.
"Setiap usaha diniatkan untuk memberi manfaat bagi umat atau kepentingan bagi orang banyak. "inilah keberkahan. sukses bisnis ponpes Az Zainy," kata dia.
Acara pengajian dan istighotsah di Ponpes Az-Zaini bukan hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga menjadi simbol harmoni dalam kebinekaan. Keberagaman yang hadir malam itu menunjukkan bahwa agama, suku, dan ras bukanlah penghalang untuk bersatu dalam satu tujuan yang baik.
Dengan adanya kegiatan seperti ini, Ponpes Az-Zaini terus membuktikan bahwa pesantren bukan hanya tempat untuk belajar agama, tetapi juga menjadi pusat pembinaan karakter, kewirausahaan, dan persaudaraan lintas budaya. (*)
Pewarta | : Achmad Fikyansyah |
Editor | : Faizal R Arief |