https://jatim.times.co.id/
Berita

Sejarah Hari Ini: 23 September, Hari Bahasa Isyarat Internasional dan Hari Maritim

Kamis, 23 September 2021 - 12:05
Sejarah Hari Ini: 23 September, Hari Bahasa Isyarat Internasional dan Hari Maritim Sejumlah peserta mempraktekkan Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) saat mengikuti kegiatan belajar bahasa isyarat bersama Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin) Karawang di Kedai Patroli Kopi 3, Karawang, Jawa Barat. (foto: ANTARA FOTO/

TIMES JATIM, JAKARTASejarah hari ini mencatat, setiap tanggal 23 September, dunia memeringati Hari Bahasa Isyarat Internasional. Peringatan inisebagai upaya melindungi serta mendukung identitas linguistik dan keragaman budaya teman tuli maupun pengguna bahasa isyarat lainnya. 23 September juga diperingati sebagai Hari Maritim.

2018: Hari Bahasa Isyarat Internasional

Abjad Bahasa Isyarat

Hari Bahasa Isyarat Internasional dirayakan pertama kali pada 2018. Penetapan Hari Bahasa Isyarat Internasional pada 23 September ini berdasarkan nilai sejarah berdirinya Federasi Tuli Sedunia (World Federation of The Deaf/WFD) yang didirikan pada tanggal sama pada 1951.

Hari Bahasa Isyarat Internasional diakui PBB berdasarkan Resolusi A/RES/72/161 yang disponsori oleh Permanent Mission of Antigua and Barbuda untuk PBB, bersama 97 Negara Anggota PBB dan diadopsi berdasarkan konsensus pada 19 Desember 2017.

Pada Hari Bahasa Isyarat Internasional, Federasi Tuli Dunia (World Federation of the Deaf / WFD) selalu menyuarakan kampanye bahasa isyarat. Pemimpin lokal, nasional, dan global didorong turut mempromosikan bahasa isyarat.

Dengan begitu, asosiasi nasional teman tuli bisa memperoleh kesempatan membangun serta memelihara kolaborasi berkelanjutan bersama para pemimpin politik mereka lewat penggunaan bahasa isyarat nasional.

Dikutip dari situs Kemendikbud, secara global, European Union of the Deaf dalam situsnya menjelaskan tidak ada bahasa isyarat yang universal di dunia, termasuk Indonesia. Justru mereka mendapati dalam sebuah negara memungkinkan memiliki lebih dari 1 bahasa isyarat.

Misalnya negara yang memiliki bahasa lisan sama seperti Jerman dan Austria juga tidak memiliki hanya satu bahasa isyarat. Hal tersebut bisa terjadi karena bahasa isyarat merupakan bahasa alami yang memiliki sifat linguistik, sama seperti bahasa lisan.

Akan tetapi, bahasa isyarat memiliki struktural berbeda. Oleh karena itu, biasanya teman Tuli menggunakan bahasa isyarat internasional dalam pertemuan internasional. Meskipun begitu, bahasa isyarat internasional tidak sekompleks bahasa isyarat alami dan memiliki leksikon terbatas.

Ragam bahasa isyarat di dunia Berdasarkan situs resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), WFD mengatakan bahwa ada sekitar 72 juta orang yang memiliki masalah pendengaran di dunia.

Bahasa Isyarat bSeorang pegiat sosial melakukan sosialisasi bahasa isyarat saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di Dago, Bandung, Jawa Barat. Sosialisasi yang dilakukan oleh Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin) tersebut bertujuan untuk mengedukasi masyarakat akan pentingnya bahasa isyarat. (foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)

Secara bersama atau kolektif, teman Tuli memiliki 300 bahasa isyarat yang berbeda di seluruh dunia.

Di Indonesia sendiri terdapat 2 jenis bahasa isyarat yang kerap digunakan, yaitu Sistem Bahasa Isyarat Indonesia (SIBI) dan Bahasa Isyarat Indonesia ( Bisindo).

Untuk mendapat pembahasan lebih lengkap, berikut ini merupakan ragam bahasa isyarat dari 5 negara.

Indonesia (SIBI dan BISINDO)

SIBI merupakan bahasa isyarat yang berkembang dari serapan American Sign Language dan merupakan cara merepresentasikan tata bahasa lisan Indonesia ke dalam gerakan isyarat buatan tertentu. Dalam penerapannya, SIBI sudah diresmikan dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 serta dibakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 30 Juni 1994 menjadi sistem isyarat untuk teman Tuli. Alhasil, SIBI masih digunakan sebagai pengatar komunikasi di kurikulum Sekolah Luar Biasa (SLB).  

Sementara itu, Bisindo adalah bahasa isyarat yang berkembang secara alami dari kebutuhan kaum tuli. Sebenarnya sejak 1966 eksistensi Bisindo sudah ada, tetapi perkembangannya belum naik ke permukaan. Maka dari itu, pemerintah menggunakan SIDI. Akan tetapi, teman tuli lebih memilih menggunakan Bisindo karena hal tersebut merupakan salah satu budaya karena lahir dan berkembang dari kaum tuli di Indonesia.

Amerika (ASL)

Orang di Amerika Serikat menggunakan bahasa isyarat bernama American Sign Language (ASL). Perkembangan bahasa ASL berasal dari French Sign Language, Martha’s Vineyard Sign Language, dan bahasa isyarat lokal lainnya. Jika dilihat dari isyarat untuk menggambarkan alfabet, ASL hanya mengejanya dengan jari satu tangan.

Inggris, Australia, dan Selandia Baru (BANZL)

Bahasa isyarat yang digunakan di Inggris ialah British Sign Language (BSL). Namun dalam perkembangannya, Australia dan Selandia Baru memiliki bahasa yang serupa dengan BSL. Oleh karena itu, sering disebut dengan British, Australian and New Zealand Sign Language (BANZL). Berbeda dengan ASL, BANZL menggunakan 2 tangan untuk menggambarkan alfabet.

Prancis (FSL)

French Sign Language (FSL) pada dasarnya memengaruhi bahasa isyarat lainnya seperti ASL, Ireland Sign Language (ISL), Rusian Sign Language (RSL), dan lainnya. Meski mirip dengan ASL yang menggunakan 1 tangan untuk ejaan alfabet, tetapi masih ada perbedaan kecil di seluruh bahasa isyaratnya.

Cina (CSL)

Di Cina, masyarakat Tuli menggunakan Chinese Sign Language (CSL). Mereka memakai tangan sebagai representasi visual dari karakter Cina tertulis.  

Walaupun bahasa isyarat di dunia ini beragam, tetapi PBB mendapati bahwa masyarakat secara global masih perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya bahasa isyarat dalam realisasi penuh hak asasi manusia teman Tuli. Maka dari itu,

Hari Bahasa Isyarat Internasional yang diperingati setiap 23 September tercipta agar bahasa isyarat teman Tuli bisa mendapatkan akses dan layanan dalam pendidikan. Selain itu, penting juga agar bisa melestarikan bahasa isyarat sebagai bagian dari keragaman bahasa dan budaya.

1963: Hari Maritim Nasional

Grafis-Sejarah-Hari-Maritim.jpgGrafis sejarah Hari Maritim. (grafis: KKP)

Meski menjadi kotroversi hingga sekarang, hari maritim nasional juga diperingati pada 23 September. Sebelumnya ada juga yang mencetuskan hari maritim nasional jatuh pada 21 Agustus berdasarkan peristiwa berhasilnya Indonesia dalam mengalahkan kekuatan militer laut Jepang.

Sedangkan pada 23 September berdasarkan peristiwa Munas (Musyawarah Nasional) Maritim I ketika presiden Soekarno mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 249 tahun 1963 dan menetapkan hari maritim jatuh pada tanggal 23 September.

Terlepas dari sejarah tebentuknya, Hari Maritim Nasional berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia akan potensi besar negara sebagai negara maritim. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka memperkuat Indonesia sebagai negara maritimm ialah dengan menetampak 7 pilar poros maritim dunia. Yakni mengenai kebijakan terkait kelautan yang ada di Indonesia agar menjadi poros maritim bagi dunia. (*)

Pewarta : Ratu Bunga Ambar Pratiwi (MG-345)
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.