TIMES JATIM, MALANG – Festival Generasi Ginaris Art Indonesia kembali digelar dengan Uji Kompetensi Jilid ke-10, sekaligus menjadi perayaan ulang tahun ke-5 sanggar tari yang berdiri sejak 8 Agustus 2020.
Sanggar seni Ginaris Art Indonesia yang dipimpin oleh Fima Fauzi Yuda Prawira Wijaya, S.Sn., ini lahir di tengah pandemi Covid-19.
Fima mengungkapkan, dalam Uji Kompetensi yang digelar Sabtu (23/8/2205) di Graha Pamsagaca SMKN 1 Malang diikuti 90 siswa terlibat aktif. Mereka terbagi dalam tujuh kelas, yakni: Jawa Timur 1, Jawa Timur 2, Jawa Tengah, Bali, Kreasi Anak A, Kreasi Anak B, dan Kreasi Madya.
Uji kompetensi ini digelar dua kali setiap tahun sebagai penutup semester, dan akan kembali dibuka dengan Jilid ke-11 pada semester berikutnya.
Fima Fauzi Yuda Prawira Wijaya, Ketua sanggar seni Ginaris Art Indonesia saat tampil sebagai dalang wayang kulit. (Foto: Caecilia Kumala Dewi/TIMES Indonesia)
Acara diawali dengan perarakan siswa, dilanjutkan sambutan Ketua Dewan Kesenian Kota Malang Suroso, Ketua Sanggar Fima, perwakilan wali murid, serta salah satu siswi. Setelah pemotongan tumpeng, diluncurkan karya tari baru berjudul “Puji Hyang Pertiwi”.
Selanjutnya, peserta menjalani uji kompetensi di bawah penilaian dua penguji, yakni Drs. Tri Broto Wibisono, M.Si, Maestro Tari Jawa Timur sekaligus dosen STKW Surabaya, dan Dr. Tri Wahyuningtyas, M.Si, dosen Universitas Negeri Malang (UM) sekaligus Kepala Laboratorium Seni dan Desain Fakultas Sastra UM.
Acara juga menghadirkan Pamsagaca Dance sebagai guest star dengan penampilan modern dance.
Penghargaan dan Penampilan Penutup
Tarian Puji Hyang Pertiwi yang menjadi pembuka acara Festival Generasi Ginarist Art Indonesia. (Foto: Caecilia Kumala Dewi/TIMES Indonesia)
Dalam kesempatan ini, penghargaan diberikan kepada penari terbaik di setiap kategori serta siswa teladan yang menunjukkan dedikasi selama berproses di sanggar.
Sebagai penutup, seluruh siswa, pembina, dan wali murid berkolaborasi dalam penampilan Cerita Panji berjudul Ora Mangu Ojo Stecu: Keabadian Cinta.
Fima mengakui tantangan terbesar bagi para pembina adalah menjaga semangat anak-anak agar tetap gembira selama proses belajar.
“Harapan kami, anak-anak terus berlatih, fokus, disiplin, dan tidak mudah menyerah. Karena segala sesuatu membutuhkan. (*)
Pewarta | : TIMES Magang 2025 |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |